Startup Blockchain Keluhkan Sulitnya Meraih Investasi dari Pemodal

123rf
Ilustrasi. Startup Blockchain Mengeluhkan Sulitnya Meraih Investasi dari Pemodal
12/12/2019, 07.57 WIB

Para startup blockchain di Indonesia mengeluhkan sulitnya mendapat investasi dari perusahaan-perusahaan modal ventura atau venture capital. Director of Education Vexanium, Rhein Mahatma, mengatakan bahwa minimnya investasi tersebut menjadi salah satu penghalang penerapan blockchain di Indonesia.

Menurut salah satu pengelola startup blockchain lokal tersebut, saat ini jumlah permintaan penggunaan blockchain sangat minim dibandingkan dengan di Tiongkok. Perkembangan di Indonesia tertinggal lima tahun dari Negeri Panda tersebut. 

Hal ini, sepengetahuannya, salah satunya karena belum ada venture capital yang berminat untuk investasi di startup blockchain. “Bagaimana para founder startup blockchain bisa berkembang kalau tidak ada venture capital yang mau investasi?” kata Rhein dalam acara Let's Talk Blockchain di Jakarta, Rabu (11/12).

Para founder startup blockchain juga terkendala untuk meyakinkan para pengelola dana soal keunggulan dari teknik pengembangan atau use case di tiap-tiap industri. Padahal sudah banyak tersedia use case. “Masalahnya, use case mana yang bisa memberikan benefit 10 kali ketika menggunakan blockchain,” ujarnya.

(Baca: Wakil Menlu Ungkap 3 Peluang Adopsi Teknologi Blockchain di Indonesia)

Sebenarnya, salah satu yang berpotensi dikembangkan melalui blockchain yakni sektor properti. Dengan sistem transaksi secara digital yang terstruktur akan meningkatkan likuiditas secara drastis bagi developer dan investor.

Di luar poperti, penerapan blockhain yang berpotensi besar yakni di pelabuhan. Sektor tersebut merupakan tempat terjadi transaksi pertukaran dokumen pengiriman barang. Apalagi, di pelabuhan banyak melibatkan berbagai pihak yang tidak saling percaya satu sama lain.

Tak hanya susah meraih investasi dari venture capital, bagi Rhein, penghalang lainnya yaitu minimnya talenta blockchain di Indonesia. Karena itulah perlu pengembangan ekosistem berupa edukasi dari berbagai pihak seperti universitas.

(Baca: Kadin Sarankan Pelaku E-commerce Adaptasi Blockchain Agar Tak Bangkrut)

“Perlu didorong agar information technology berbicara soal blockchain, bukan hanya big data. Venture capital perlu dikasih gambaran yang benar,” kata Rhein. Minimnya informasi tersebut tercermin dari anggapan beberapa pengelola dana yang mengira bahwa dengan blockchain maka transaksi perusahaan menjadi lambat.

Reporter: Cindy Mutia Annur