DANA, GoPay, dan LinkAja mempunyai strategi dalam menghadapi kedatangan dompet digital asal Tiongkok ke Indonesia, yakni WeChat Pay dan Alipay. Ketiga perusahaan bakal menguatkan strategi promosi di tahun ini guna memperluas penggunaan platfrom pembayaran digital di Tanah Air.
CEO DANA Vincent Iswara mengatakan, perusahaan tidak merasa tersaingi dengan hadirnya WeChat Pay dan Alipay. Alasannya, kedua platform asing itu mempunyai fokus pengguna asing alias turis dari luar negeri.
Sedangkan, Vincent mengatakan, perusahaan memiliki fokus pada pengguna di dalam negeri. "Jadi, strategi kami bakal berfokus pada (pengguna) masyarakat Indonesia," kata Vincent saat ditemui di Jakarta, Selasa (28/1).
(Baca: Babak Baru Persaingan E-Money setelah Masuknya WeChat Pay dan Alipay)
Vincent mengatakan, tahun ini perusahaan tetap melanjutkan strategi promosi untuk memperluas pemahaman tentang pembayaran non-tunai (cashless). "Kami melakukan (promosi) untuk menunjukkan bahwa produk kami bernilai, ramah digunakan, dan bisa memberikan nilai ke pelanggan," ujarnya.
Berbeda dengan DANA, Head of Corporate Communications GoPay Winny Triswandhani mengatakan, perusahaan melakukan strategi lain untuk menghadapi kedatangan WeChat Pay dan Alipay. "Saat ini kami fokus untuk terus berkolaborasi dengan berbagai pihak untuk memudahkan seluruh lapisan masyarakat Indonesia dalam bertransaksi non-tunai," kata Winny saat dihubungi Katadata.co.id.
Tantangan yang dihadapi perusahaan penyedia pembayaran digital masih bergantungnya masyarakat pada uang tunai. "Jadi kami menyambut inovasi dan kolaborasi sesuai regulasi yang dapat terus mengakselerasi non-tunai di seluruh lapisan masyarakat Indonesia," ujar dia.
(Baca: Dompet Digital DANA Targetkan Transaksi Tumbuh Dua Kali Lipat)
Gopay pun masih akan terus berpromosi sebagai strategi untuk mengubah perilaku masyarakat yang masih sangat bergantung pada uang tunai, baik dari sisi pengguna maupun mitra merchant.
LinkAja pun menganggap kehadiran para pemain uang elektronik lain bukan tantangan utama dari perusahaan dompet digital di Indonesia. Head of Corporate Communications LinkAja Putri Dianita mengatakan, saat ini di Indonesia diperkirakan ada kurang lebih 47 juta populasi segmen yang belum mendapat akses layanan keuangan (underbanked) dan 92 juta populasi segmen yang belum terlayani (unbanked).
Sehingga, menurutnya, masih menjadi pekerjaan rumah besar bagi para pemain uang elektronik untuk memberikan akses terhadap layanan keuangan digital demi terciptanya layanan keuangan. "Jadi strategi kami yakni akan tetap fokus menggarap pemenuhan kebutuhan esensial masyarakat," kata Putri.
Fokus itu, ia melanjutkan, terutama di daerah sub-urban, membuka akses seluas-luasnya kepada segmen unbanked dan underbanked, melalui kerja sama dengan pemerintah daerah dalam bentuk digitalisasi pasar, digitalisasi pembayaran retribusi pasar, serta penetrasi ke berbagai kampus di seluruh Indonesia.
Tahun ini, Putri mengatakan, LinkAja juga masih akan menggunakan startegi promosi untuk mendorong meningkatnya brand awareness, serta sebagai insentif adopsi perusahaan. "Tentu bakal kami lakukan," ujar dia.
Platform sistem pembayaran asal Tiongkok, Wechat Pay resmi beroperasi di Indonesia menggunakan jaringan PT Bank CIMB Niaga Tbk mulai bulan ini. Sementara pesaingnya, Alipay saat ini masih menunggu restu dari Bank Indonesia.
Gubernur BI Perry Warjiyo menjelaskan, pihaknya saat ini masih memproses perizinan Alipay. Platform pembayaran milik Grup Alibaba ini masih harus memenuhi sejumlah persyaratan.
Hingga kini Wechat Pay merupakan satu-satunya platform pembayaran asing yang telah mengantongi izin dari BI untuk beroperasi di Indonesia. Platform pembayaran milik Tencent Grup ini hadir melalui kerja sama dengan Bank CIMB Niaga.
"Semua asing harus tunduk kepada rupiah dan bertransaksi menggunakan QR Indonesia Standard atau QRIS," ujar Perry dalam Rapat Kerja bersama Komisi XI DPR, Senin (27/1).
(Baca: Ekspansi Dompet Digital Tiongkok ke Indonesia)