Huawei berhasil mengembangkan mesin pencarinya Huawei Search App yang siap menyaingi Google Search. Pengembangan mesin pencari tersebut merupakan upaya Huawei terus mengembangkan kelengkapan perangkatnya sendiri setelah masuk daftar hitam perdagangan Amerika Serikat (AS).
Raksasa teknologi asal Tiongkok tersebut dalam tahap menguji coba mesin pencari mereka Huawei Search. Seperti dilansir Ghizmochina, Huawei merekrut pengguna untuk menguji mesin pencarinya itu di Uni Emirat Arab.
Tidak seperti Google, Huawei Search hanya memungkinkan pengguna memasukkan permintaan pencarian di internet untuk halaman web, video, artikel berita, atau gambar. Sementara di Google penggunanya tidak hanya bisa mendapatkan akses ke mesin pencari Google tetapi juga ke layanan Google Assistant, Google Lens, Google Podcasts.
(Baca: Lawan Huawei dan Ericsson di Bisnis 5G, Nokia Tunjuk Bos Baru)
Pengguna Huawei Search dapat memantau cuaca saat ini yang dimunculkan di widget dengan perkiraan 24 jam. Perkiraan cuaca didukung oleh Huafeng-AccuWeather, sebuah perusahaan patungan yang menjadi sumber data perkiraan dari Administrasi Meteorologi Tiongkok. Ada juga pintasan lain seperti kalkulator, olahraga, konversi satuan.
Pengguna dapat menggunakan mode gelap dan opsi untuk mengaktifkan pencarian aman. Huawei memungkinkan penggunanya untuk memilih jika mereka ingin riwayat pencarian mereka disimpan.
Huawei Search nantinya dapat diunduh lewat AppGallery. Setiap ponsel baru Huawei akan otomatis terinstall aplikasi mesin pencari ini. "Aplikasi Huawei Search masih belum dapat dibandingkan dengan Google Search, tetapi lebih banyak fitur mungkin akan ditambahkan seiring berjalannya waktu," dikutip dari Ghizmochina pada Senin (2/3).
Sebelum meluncurkan Huawei Search, Huawei mengembangkan AppGallery sebagai pengganti Play Store milik Google. Dalam keterangan resmi yang dikutip dari 9to5Google, Huawei menyebut bahwa peringkat AppGallery miliknya ada di bawah Apple App Store dan Google Play Store.
"App Gallery peringkat ketiga dunia, dengan lebih dari 400 juta pengguna bulanan aktif (Monthly Active Users/MAU)," demikian dikutip dari 9to5Google, beberapa waktu lalu (26/2).
Huawei terus mengembangkan sistem operasi (Operating System/OS) hingga prosesornya sendiri karena sanksi dari AS. Pemerintah AS melarang korporasinya seperti Google tidak boleh bekerja sama dengan Huawei.
Google dikabarkan mengajukan permohonan lisensi kepada pemerintah AS supaya bisa melanjutkan kerja sama dengan Huawei. Dikutip dari TechRadar, Wakil Presiden Google Play dan Android Sameer Samat mengungkapkan kabar tersebut kepada media Jerman, Deutsche Presse-Agentur. Namun, ia tidak memerinci kapan keputusan itu diambil.
Keinginan kerja sama itu disampaikan beberapa hari setelah Google memberi peringatan kepada pengguna Huawei. Google meminta konsumen untuk tidak mengunduh aplikasi YouTube hingga Gmail, lalu dikirim ke ponsel Huawei. Alasannya, ponsel Huawei tak mendapat sertifikat resmi Google. Dengan begitu, aplikasi yang diunduh tersebut tidak didukung layanan keamanan Google.
(Baca: Tak Didukung Google, Huawei Klaim Toko Aplikasinya Peringkat 3 Dunia)