Pengguna Zoom melonjak selama pandemi corona. Namun, beberapa negara menyoroti keamanan aplikasi rapat online ini karena ada kasus zoomboombing. Fenomena orang asing ikut rapat itu bahkan sudah terjadi di Indonesia.
Akun anonim ikut dalam acara diskusi bertajuk ‘Kolaborasi Multistakeholders Memerangi Hoax dan Disinformasi di Tengah Pandemi Covid-19’pada pagi, hari ini (16/4). Acara ini diselenggarakan oleh Dewan Teknologi Informasi dan Komunikasi Nasional (Wantiknas).
Acara tersebut disusupi orang asing, yang menampilkan video pornografi saat diskusi sedang berlangsung. Padahal, acara ini dihadiri oleh Ketua Tim Pelaksana Wantiknas Ilham A Habibie, anggota Wantiknas Garuda Sugardo, dan Dirjen Informasi dan Komunikasi Publik Kemkominfo Widodo Muktiyo.
(Baca: Data 500 Ribu Lebih Akun Zoom Dijual di Dark Web dan Forum Peretas)
Penyusup itu menggunakan nama 'Bin Laden' dan tanpa identitas institusi. Saat pemaparan tengah berlangsung, tiba-tiba muncul video adegan tidak senonoh yang dilakukan sesama pria asing.
Zoomboombing juga terjadi dalam acara diskusi yang melibatkan Menteri Koperasi dan UMKM Teten Masduki, kemarin (15/4). Salah satu peserta diskusi menggunakan foto profil yang menampilkan gambar tidak senonoh.
Beberapa negara seperti Singapura, Australia, Taiwan, Amerika Serikat (AS) hingga Jerman melarang pemakaian Zoom, karena alasan keamanan data pengguna. Di Indonesia, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) berencana membuat aplikasi serupa sebagai alternatif.
(Baca: Kekayaan Bos Amazon & Zoom Melonjak di Tengah Pandemi Corona)
Kominfo meragukan keamanan data pengguna Zoom. Kominfo kemudian berkoordinasi dengan lembaga pemerintahan lain untuk menjaga keamanan saat rapat. "Kami koordinasikan untuk menjaga komunikasi penting termasuk rapat terbatas dijaga dengan baik. Dijamin kerahasiaannya," ujar Menteri Kominfo Johnny G Plate, beberapa waktu lalu (7/3).
Karena itu, kementerian berencana membuat aplikasi serupa sebagai alternatif dari Zoom. "Aplikasi khusus itu kami sedang mempelajari," kata dia.
Johnny mengatakan, Telkomsel sedang menyiapkan model layanan yang sama untuk rapat virtual bagi pengguna di Indonesia. Kementerian juga tengah menyiapkan aplikasi video conference untuk internal.
"Kami lagi menjajaki (aplikasi rapat online). Nanti kami akan update perkembangannya," ujar Johnny. (Baca: Singapura hingga AS Larang Zoom, Kominfo Buat Aplikasi Rapat Online)
Sebelumnya, Kementerian Pendidikan Singapura melarang penggunaan Zoom di sekolah-sekolah. Sebab, salah satu sekolah yang membuat kelas Geografi di Zoom berisi 36 siswa disusupi seseorang tidak dikenal. Kejadian itu dikenal dengan nama Zoombombing.
Orang asing itu kemudian menyebarkan gambar-gambar tidak senonoh di tengah pembelajaran. Karena itu, Kementerian Pendidikan Singapura berencana membawa kasus ini ke kepolisian.
"Ini insiden yang sangat serius," kata Divisi Teknologi Kementerian Singapura Aaron Loh dikutip dari The Guardian, pada akhir pekan lalu (11/4). (Baca: Privasi Data Diragukan, Zoom Rekrut Mantan Kepala Keamanan Facebook)
Menanggapi kasus tersebut, Zoom menyatakan komitmennya untuk meningkatkan keamanan. "Kami berkomitmen untuk menyediakan alat dan sumber daya yang dibutuhkan para pendidik pada platform yang aman dan terlindungi," kata Kepala Pemasaran Zoom Janine Pelosi, melalui pesan elektronik.
Para peneliti dari Citizen Lab mengungkapkan bahwa Zoom menggunakan enkripsi non-standar untuk mengalihkan panggilan dari Amerika Utara ke Tiongkok. Peneliti pun memperingatkan bahwa Zoom tidak cocok digunakan untuk pemerintahan atau bisnis karena khawatir spionase.
(Baca: Zoom Diragukan Keamanannya, Ini 8 Aplikasi Lain untuk Rapat Virtual)