DBS Group Holding dikabarkan tengah mempertimbangkan untuk ikut bersaing memperebutkan saham Bank Permata. Sebelumnya dikabarkan, dua bank lain yaitu Oversea-Chinese Banking Corp. (OCBC) dan Sumitomo Mitsui Financial Group juga tertarik mengakuisisi saham bank beraset Rp 147,7 triliun tersebut.
Mengutip The Asian Bankers, DBS Group merupakan bank dengan aset terbesar di Asia Tenggara, dan urutan ke-27 di Asia Pasifik. Total aset bank asal Singapura tersebut per akhir 2018 mencapai US$ 404,2 miliar atau lebih dari Rp 5.700 triliun.
Berdasarkan situs perusahaan, DBS beroperasi di 18 negara, dengan enam negara menjadi prioritas, yaitu Singapura, Hong Kong, Tiongkok, India, Indonesia, dan Taiwan. Seiring transformasi besar ke layanan perbankan digital, DBS dinobatkan sebagai bank digital terbaik di dunia oleh majalah Euromoney.
(Baca: Banyak Investor Minati Bank Permata, Astra akan Perbaiki Kinerjanya)
Sejauh ini, bisnis di Singapura, Hong Kong, dan Tiongkok masih menjadi kontributor laba utama DBS Group. Per akhir Juni, laba DBS Group tercatat sebesar SGD 3,25 miliar atau sekitar Rp 33,36 triliun. Adapun kontribusi laba dari bisnis di Indonesia masih terbilang kecil.
Per akhir Juni 2019, DBS Indonesia membukukan laba Rp 192 miliar, naik 58,53% dibandingkan periode sama tahun lalu. Dengan capaian tersebut, kontribusi DBS Indonesia terhadap laba DBS Group baru sekitar 0,57%.
Sebelum dikabarkan berminat mengakuisisi Bank Permata, DBS Group sempat ingin mengakuisisi mayoritas saham Bank Danamon, namun batal lantaran terbentur aturan kepemilikan maksimal bank oleh institusi finansial yaitu 40%. Bank Danamon kemudian diakuisisi Mitsubishi UFJ Financial Group.
(Baca: Bank Mandiri, BNI dan DBS Paling Gencar Promosikan Layanan Digital)
Sedangkan Sumitomo Mitsui Financial Group (SMFG) dicatat Asian Bankers sebagai bank terbesar ke-7 di Asia Pasifik, dengan aset mencapai US$ 1,84 triliun atau lebih dari Rp 26 ribu triliun per akhir 2018. Di Indonesia, SMFG telah beroperasi sejak 1989, melalui anak usahanya Bank Sumitomo Mitsui Indonesia.
Belakangan, SMFG mengakuisisi saham Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN). Saat ini, Sumitomo merupakan pemegang 92,42% saham BTPN. Pada Februari 2019 lalu, BTPN resmi dimerger dengan Bank Sumitomo Mitsui Indonesia.
Per akhir Juni 2019, aset BTPN tercatat sebesar Rp 186,69 triliun dan menjadikannya bank beraset terbesar ke-9 di Indonesia. BTPN membukukan laba sebesar Rp 1,26 triliun, naik 15% dibandingkan periode sama tahun lalu. Adapun SMFG membukukan laba ¥ 227,084 miliar atau sekitar Rp 29,9 triliun pada periode tersebut.
Terakhir, Oversea-Chinese Banking Corp (OCBC). Mengutip The Asian Bankers, OCBC merupakan bank Singapura dengan aset terbesar ke-2 di Asia Tenggara, dan ke-33 di Asia Pasifik. Per akhir 2018, aset perusahaan tercatat US$ 343,19 miliar atau lebih dari Rp 4.800 triliun.
(Baca: Bank OCBC NISP Target Jadi Bank Kelas Kakap pada 2021)
Perusahaan beroperasi di 19 negara, dengan pasar utama di Singapura, Malaysia, Indonesia, dan Tiongkok. OCBC Group melalui OCBC Overseas Investments menguasai 85,07% saham OCBC NISP, bank dengan aset terbesar ke-11 di Indonesia.
Per akhir Juni, OCBC NISP membukukan laba bersih Rp 1,5 triliun, naik 15% dibandingkan periode sama tahun lalu. Sedangkan OCBC Group membukukan laba bersih SGD 2,45 miliar atau sekitar Rp 25,15 triliun pada periode tersebut.
(Baca: Lampu Kuning Utang Korporasi di Tengah Ancaman Resesi Dunia)
Adapun saat ini, saham Bank Permata dipegang oleh Astra International dan Standard Chartered masing-masing 44,56%, sedangkan sisanya dipegang publik. Per akhir Juni 2019, bank beraset terbesar ke-12 di Indonesia tersebut membukukan laba bersih konsolidasi Rp 861,36 miliar, melonjak delapan kali lipat dari periode sama tahun lalu. Ini seiring kenaikan pendapatan bunga dan pemulihan atas cadangan kerugian penurunan nilai.