Perusahaan Percetakan Uang Republik Indonesia atau Perum Peruri menyebutkan, di tengah tren meningkatnya transaksi non tunai atau cashless, kebutuhan uang kartal secara global masih akan tumbuh 2-3%. Hal tersebut berdasarkan riset yang dilakukan Giesecke+Devrient (G+D) dan Smither Spira di Jerman pada 2019.
Direktur Pengembangan Usaha Peruri Fajar Rizki mengatakan bahwa, pertumbuhan uang kartal di Indonesia didorong oleh sejumlah daerah yang belum terbiasa menggunakan transaksi non tunai.
"Kalau di kota besar cashless tumbuh, tapi untuk kota lainnya masih menggunakan uang secara fisik, permintaanya pun masih tumbuh," ujarnya saat ditemui di Kantor Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di Jakarta, Rabu (8/1).
Sehingga, seiring dengan pertumbuhan ekonomi RI, kebutuhan uang kartal akan terus meningkat. Meski transaksi non tunai terus meningkat, Fajar memastikan bahwa Peruri kedepannya tidak akan masuk dalam bisnis uang elektronik.
(Baca: Perum Peruri Menang Tender untuk Mencetak Mata Uang Peru Nuevo Sol)
Namun untuk menghadapi fenomena tersebut, Peruri akan mengembangkan bisnis digital degan mengeluarkan tiga produk baru yaitu Peruri Code, Peruri Sign, dan Peruri Trust. Tiga produk tersebut ditargetkan dapat menyumbang pendapatan hingga Rp 370 miliar pada tahun ini.
Peruri Code digunakan untuk semua industri yang membutuhkan sistem pengamanan data untuk mencegah pemalsuan produk. Peruri Sign merupakan tandatangan digital yang dibutuhkan dalam suatu dokumen. Sedangkan Peruri Trust merupakan sistem label keamanan secara real time.
Adapun pelanggan yang sudah menggunakan produk tersebut di antaranya ijazah Universitas Padjajaran, dan sertifikat Kementerian Sosial. Pendapatan dari bisnis digital Peruri baru meraup sebesar sekitar Rp 10 miliar dari target Rp 370 miliar tahun ini. Untuk mencapai target tersebut Fajar mengatakan Peruri akan memperluas pasar ke industri dan perbankan.
Adapun pada 2019 total pendapatan dari seluruh linis bisnsi Peruri tercatat sebesar Rp 3,9 triliun naik 23% secara tahunan dari Rp 3,1 triliun pada 2018. Laba usaha naik 30% menjadi Rp 595 miliar dari Rp 456 miliar, dan laba bersih naik 25% menjadi Rp 360 miliar dari Rp 288 miliar.
(Baca: Peruri Bidik Pendapatan Bisnis Digital Capai Rp 370 Miliar Tahun Ini)