PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) menargetkan penyaluran kredit tumbuh 8%-10% secara tahunan (year on year/yoy) pada 2020. Target tersebut cenderung stagnan dibanding realisasi kredit tahun lalu Rp 907,5 triliun atau tumbuh 10,6%.
Direktur Utama Bank Mandiri Royke Tumilaar menjelaskan, belakangan pendanaan dari luar negeri (offshore) ke Indonesia meningkat. Alhasil, perbankan menghadapi persaingan di antara perusahaan sejenis maupun dengan pendanaan asing tersebut.
"Sekarang ini banyak sekali Badan Usaha Milik Negeri (BUMN) atau private sector mulai funding dari asing. Mulai ada kompetisi dengan capital market. Jadi, cukup tinggi kompetisinya di pembiayaan," kata Royke di kantornya, Jakarta, Jumat (24/1).
(Baca: Laba Bank Mandiri Melambat jadi Rp 27,5 Triliun pada 2019)
Meski begitu, Bank Mandiri akan mengkaji secara mendalam perihal target penyaluran kredit 2020 pada semester II nanti. Hingga hasil kajian itu dirilis, perusahaan menetapkan target konservatif.
Lagi pula, pertumbuhan penyaluran kredit pada 2019 yang sebesar 10,6% juga melambat dibanding 2018 yang mencapai 12,4%. Perlambatan ini terjadi karena harga komoditas seperti minyak sawit mentah (CPO) dan batu bara turun.
"Semuanya lagi di harga yang cukup rendah, sehingga tentu ada dampak kepada kondisi ekonomi," kata Royke. (Baca: BCA dan Mandiri Perkirakan Pertumbuhan Kredit 2019 Melambat)
Pada kesempatan yang sama, Direktur Konsumer dan Transaksi Ritel Bank Mandiri Hery Gunardi menjelaskan, pertumbuhan penyaluran kredit konsumer yang paling melambat pada 2019. Kredit yang disalurkan hanya Rp 94,3 triliun atau tumbuh 7,9%.
Padahal, segmen kredit lainnya bisa tumbuh tinggi. Ia mencontohkan, penyaluran kredit ke segmen komersial dan mikro masing-masing tumbuh 8,9% dan 20,1%.
Hery menjelaskan, penyaluran kredit konsumer tumbuh melamgat karena faktor konsumsi masyarakat pada tahun lalu yang menurun. Hal itu tecermin dari penjualan mobil turun 12% per September 2019 yang turun 12%, berdasarkan catatan Gaikindo.
"Jadi mobil itu biasanya bisa menjual satu juta mobil. Kemarin (per September 2019) hanya 856 ribu unit. Ini menandakan dari sisi demand tidak terlalu optimal," kata Hery. Hal serupa terjadi di sektor properti.
(Baca: Libur Natal dan Tahun Baru, Berikut Jadwal Operasional 4 Bank Besar)