Perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) bidang pangan terus berekspansi bisnis ke ke bidang peternakan ayam. PT Berdikari (Persero) mengatakan bakal mengimpor 72 ribu bibit induk ayam (Grand Parent Stock/GPS) tahun ini untuk meningkatkan produksi.
"Target produksi 364 ribu grand final stock itu untuk memenuhi 10% kebutuhan peternak mandiri yang diberdayakan perusahaan," kata Pelaksana Tugas Direktur Utama Berdikari Oksan Panggabean dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Jakarta, Rabu (5/2).
(Baca: Ikuti Ketentuan WTO, Indonesia Perbarui Aturan Impor Ayam)
Pada tahun ini, Berdikari akan meningkatkan budidaya ayam indukan (parent stock) sebanyak 215 ribu ekor. Perusahaan mengharapkan produksi ayam pedaging siap potong (final stock) bisa mencapai 32 juta ekor.
"Itu hasil dari pengadaan GPS 72 ribu ekor," ujar dia.
Di sisi lain, Berdikari berencana mengembangkan final stock melalui kemitraan sebanyak 83% dari produksi internal pada tahun ini. Perusahaan pelat merah tersebut juga akan menyediakan day old chicken (DOC) atau ayam berumur sehari ke peternak mandiri dan pasar bebas.
(Baca: Pemerintah Akan Tugaskan BUMN Berbisnis Bibit dan Pakan Ayam)
Di hilir, perusahaan berencana mengakuisisi rumah potong unggas berkapasitas 5 ribu ekor per jam pada tahun ini. Yang mana ayam dari rumah potong tersebut akan dijual ke sejumlah BUMN, salah satunya PT Pelni (Persero).
"Jadi kami sebagai offtaker dari kemitraan yang kami rencanakan," ujar dia.
Saat ini, perseroan telah menyewa dua kandang GPS, yaitu di Tasikmalaya dan Pasuruan berkapasitas masing-masing 18 ribu ekor.
Selain itu. Berdikari juga memiliki kandang parent stock sebanyak tiga unit kandang di Sukabumi, Ciamis, dan Malang dengan kapasitas masing-masing 25 ribu ekor, 90 ribu ekor, dan 100 ribu ekor untuk pembesaran atau menampung hasil produksi ayam.