PT Gudang Garam Tbk dijadwalkan melakukan peletakan batu pertama alias ground breaking Bandara Dhoho, Kediri, Jawa Timur, pada Rabu (15/4).
Sermonial ground breaking ini merupakan permulaan dan persiapan atas proyek bandara Kediri, yang telah masuk dalam proyek strategis nasional (PSN).
"Pelaksanaan seremonial groundbreaking pembangunan Bandara Dhoho dilakukan secara virtual dan ditandai dengan dimulainya pekerjaan penyiapan lokasi dan site formation Bandara Dhoho," kata Sekretaris Perusahaan Gudang Garam Heru Budiman melalui keterbukaan informasi, Selasa (14/4).
Heru melanjutkan, pembangunan Bandara Dhoho dilaksanakan oleh PT Surya Dhoho Investama, yang sahamnya dimiliki 99,99% oleh Gudang Garam.
Bandara Dhoho dicanangkan oleh Gudang Garam untuk melayani masyarakat Indonesia, khususnya di Kediri dan sekitarnya. Diharapkan, bandara ini bisa menjadi bandara alternatif di Jawa Timur dan mampu berkontribusi dalam percepatan pembangunan daerah Kediri.
"Oleh karena itu, pembangunan Bandara Dhoho merupakan investasi jangka panjang secara nasional," kata Heru.
(Baca: Fakta-fakta Bandara Kediri yang Akan Dibangun oleh Gudang Garam)
Seperti diketahui, pembangunan Bandara Dhoho bernilai investasi mencapai Rp 6 triliun-Rp 9 triliun. Dana investasi untuk pembangunan bandara tersebut, akan dipenuhi dari kas internal Gudang Garam.
Tahap pertama pembangunan bandara itu akan dibangun dengan luas 13.558 meter persegi (m2) dari luas total lahan bandara hampir 400 hektar, dengan dimensi runway 2400 meter x 45 meter. Bandara Dhoho Kediri ini rencananya akan dibangun di Desa Grogol, Kecamatan Tarokan Kabupaten Kediri.
Keberadaan Bandara Dhoho Kediri ini diharapkan dapat membuka area ke wilayah Tulung Agung, Blitar, Ponorogo, Trenggalek, Madium, dan Magetan.
Sekadar informasi, Kementerian Perhubungan (Kemenhub) akan memberikan hak konsesi pengelolaan Bandara Kediri kepada Gudang Garam selama 30 tahun sampai 50 tahun. Kemenhub berencana menerbitkan izin badan usaha bandar udara (BUBU) jika sudah ada penunjukan untuk Gudang Garam.
Gudang Garam sendiri berharap mendapat hak konsesi pengelolaan hingga 50 tahun. Direktur Gudang Garam Istata Taswin Siddharta menyebut, perusahaan tak mengejar untung, namun konsesi lebih dari 50 tahun dibutuhkan agar tak terlalu merugi.