Faisal Basri: Pemerintah Jangan Fokus Atur Harga Pangan Murah

Faisal Basri KATADATA|Agung Samosir
Faisal Basri
Penulis: Michael Reily
Editor: Yuliawati
8/8/2017, 13.11 WIB

Ekonom Universitas Indonesia Faisal Basri mengkritik pemerintah yang dianggap terlalu fokus menentukan harga pangan yang dijual ke masyarakat. Kritikan Faisal terkait dengan pengaturan Harga Eceran Tertinggi (HET) beras yang sedang dibahas oleh Kementerian Perdagangan.

"Pemerintah terlalu berfokus di hilir, yang penting harga murah," kata Faisal di Puri Denpasar Hotel, Jakarta, Selasa (8/8).

Faisal mengatakan harga seharusnya mengikuti tingkat permintaan dan penawaran. Penekanan harga malah akan berakibat pada lesunya penjualan dan akan mematikan produksi.

Dia mengatakan, pemerintah seharusnya mengutamakan peningkatan produksi dan fokus di hulu industri. Peningkatan produksi, sambungnya, akan menyelesaikan masalah disparitas harga.

(Baca juga:  Aturan Harga Eceran Ditunda, Pasokan Beras Kembali Lancar)

Faisal mencontohkan, petani mengeluarkan biaya sewa lahan yang mencapai sebesar 42% dari pengeluaran produksi keseluruhan. Dia menyebutkan, pemerintah seharusnya meningkatkan mekanisasi untuk menggenjot produktivitas.

Faisal menyebut angka kemiskinan di desa diakibatkan oleh kontribusi beras sebanyak 26,46% dan di kota sebanyak 20,11%. "Cara paling efektif untuk mengentaskan kemiskinan adalah instrumen beras," kata dia.

Dia mengatakan beras adalah komoditas yang sangat sedikit diperdagangkan di dunia. Perbandingan ekspor beras dan konsumsi beras dalam negeri hanya 3-4%. Sehingga kekurangan produksi beras akan berakibat sangat fatal.

Anggota Ombudsman Republik Indonesia Ahmad Alamsyah Saragih menambahkan, inflasi merupakan hal fundamental yang tidak bisa diselesaikan secara cepat lewat pengaturan harga jual beras kepada konsumen. Pasalnya, harga produksi sudah tinggi.

"Kalau kita turunkan harga produksi kita, maka harga jualnya pasti rendah," kata Alamsyah.

(Baca: KPPU Minta Harga Eceran Tertinggi Hanya untuk Beras Medium)

Dia memberikan contoh teknologi penggilingan yang ada tidak berkembang. Tahun lalu, gabah kering giling yang masuk ke penggilingan sebesar 126,2 juta ton dengan 94% merupakan penggilingan berukuran kecil. Oleh karena itu, mekanisasi dan peningkatan produksi akan bermanfaat baik.

Berdasarkan data Outlook Padi 2016 Kementerian Pertanian, produktivitas padi Indonesia 2010-2014 hanya mencapai 5,7 ton per hektare (Ha), masih di bawah Vietnam yang mencapai 6,67 ton/Ha. Padahal lahan pertanian padi di Vietnam tidak sebesar Indonesia, namun produktivitasnya lebih tinggi.

Saat ini Kementerian Perdagangan masih mengkaji persoalan beras termasuk kebijakan HET dengan membentuk membentuk Tim Kebijakan Perberasan. Tim akan bekerja dengan melibatkan berbagai pihak membahas mengenai jenis, kualitas, dan harga beras.

"Jenis beras, kualitas beras, dan harganya dengan orientasi kepentingan konsumen, petani, dan juga pedagang," kata Mendag Enggartiasto Lukita, Jumat (28/7). (Baca: Mendag Kaji Ulang Aturan Harga Eceran Tertinggi Beras)