Ekspor Sawit hingga Oktober Naik Tipis, Konsumsi Domestik Melesat

ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas
Ilustrasi sawit. Gapki mencatat ekspor minyak sawit mentah atau CPO pada Januari-Oktober 2019 naik 16,8% menjadi 5,74 juta ton.
Penulis: Rizky Alika
Editor: Agustiyanti
23/12/2019, 21.05 WIB

Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia atau Gapki mencatat produksi minyak sawit sepanjang Januari-Oktober 2019 naik 11,26% dibanding periode yang sama tahun lalu mencapai 44,05 juta ton. Dari jumlah tersebut sebanyak 28,95 juta ton diekspor, sedangkan 14,65 juta ton dikonsumsi di dalam negeri. 

Ekspor minyak sawit tersebut hanya naik 2,1% dibandingkan periode yang sama tahun lalu, sedangkan konsumsi dalam negeri melesat 37%.

"Kenaikan ekspor terbesar terjadi pada produk oleokimia sebesar 113% dan CPO 17%," kata Direktur Eksekutif Gapki Mukti Sardjono seperti dikutip dari siaran pers, Senin (23/12).

Ia memerinci, ekspor minyak sawit mentah atau CPO naik 16,8% menjadi 5,74 juta ton. Sedangkan ekspor produk turunan minyak sawit dalam bentuk refined palm oil, lauric oil biodiesel, dan oleochemical turun tipis 0,98% menjadi 23,21 juta ton.

Adapun ekspor minyak sawit pada Oktober tercatat 3,04 juta ton, turun 6,8% dibanding bulan sebelumnya. Padahal, ekspor minyak sawit turunan meningkat 64%.

 (Baca: Banyak ‘Pekerjaan Rumah’ di Perkebunan Sawit)

Menurut Mukti, ekspor minyak turunan atau laurat melesat pada Oktober karena realisasi pada September 2019 sangat rendah. Kenaikan ekspor tertinggi terjadi pada produk oleokimia yang tumbuh 18% secara bulanan.

Gapki mencatat ekspor minyak sawit ke Pakistan pada Oktober naik paling tinggi mencapai 52%  atau 100 ribu ton lebih banyak dibanding September 2019.  Sementara ekspor ke Afrika pada Oktober turun 47% atau 270 ribu ton lebih rendah dibanding September.

Namun secara tahunan, ekspor pada Oktober ke Pakistan merosot 5%, sedangkan ekspor ke Afrika meningkat 88%. 

Sementara itu, konsumsi sawit dalam negeri didorong oleh konsumsi untuk produksi biodiesel yang naik 101%. Adapun konsumsi untuk oleofood naik 15% dan oleochemical meningkat 8%.

(Baca: Tambal Kebutuhan Dana, Pemerintah Siapkan KUR untuk Peremajaan Sawit)

Mukti juga menyebut harga CPO naik cukup tajam pada Oktober dari US$ 520/ton pada awal bulan menjadi US$ 660/ton cif Rotterdam pada akhir Oktober. Menurutnya, kenaikan harga minyak sawit tersebut melegakan pengusaha dan petani perkebunan.

"Ini melegakan setelah beberapa tahun menderita karena harga yang rendah," ujar dia.

Perbaikan harga dinilai memberikan kesempatan kepada pengusaha dan pekebun untuk memulihkan kondisi kebun dan pabrik. Dengan demikian, produksi minyak sawit diharapkan kembali normal.

Pemulihan kebun tepat dilakukan pada akhir tahun ini hingga awal 2020. Sebab, curah hujan akan menjadi normal sesuai dengan perkiraan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika atau BMKG. "Meskipun demikian, kegiatan pemulihan ini akan memerlukan waktu," kata dia.

Reporter: Rizky Alika