Kementerian Pertanian akan memaksimalkan anggaran yang ada untuk melakukan upaya antisipasi kekeringan dan rawan pangan selama 2020. Adanya pandemi Covid 19 yang meluas di seluruh negara, diprediksi FAO menjadi ancaman krisis pangan dunia.
"Memang betul anggaran mengalami refocusing dan penghematan. Negara saat ini butuh anggaran besar untuk penanggulangan pandemi. Di satu sisi Kementan tetap harus terus menyiapkan pangan," jelas Kuntoro Boga Andri, Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementan di Jakarta (30/4).
Ketersediaan pangan menurut Kuntoro, terus dilakukan dengan menjamin kebutuhan dasar petani terpenuhi. Menurut dia, Kementan akan menjaga produksi melalui ketersediaan benih unggul, pupuk dan alsintan terjaga dengan baik. Insentif bagi petani yang diterbitkan selama masa pandemi diharapkan menjaga semangat untuk bertani.
"Kami berupaya menjamin petani tetap merasa aman bertani, tetap sehat, dan jaring pengaman di masa bertanam maupun panen. Asuransi pertanian dan KUR bagian dari upaya itu," tegas Kuntoro.
Perluasan areal tanam dan ekstensifikasi pertanian akan terus dilakukan, dan memaksimalkan produksi dengan eksisting lahan yang ada. Maka intervensi teknologi pertanian dan peran penyuluh diperkuat.
"Adapun pemanfaatan lahan rawa untuk pertanian juga menjadi penting, dan kami optimis kebijakan Bapak Presiden melibatkan lahan-lahan milik BUMN juga akan mendukung produksi," ujar Kuntoro.
Pemerintah saat ini menurut Kuntoro, bekerja bersama dengan memaksimalkan sumber daya yang dimiliki, baik Kementan maupun BUMN untuk antisipasi kekeringan dan krisis pangan.
"Dengan lahan yang tersedia saat ini sudah cukup sebenarnya. Produksi pangan kita masih bagus. Namun kita ingin lebih. kita perlu langkah antisipatif dan supportif dengan pemanfaatan lahan pertanian baru," tutupnya