Jumlah kasus positif virus corona Covid-19 di DKI Jakarta semakin menurun dalam beberapa hari belakangan. Hal ini mulai memunculkan optimisme bahwa penyebaran corona di Ibu Kota mulai memasuki fase akhir.
Epidemiolog dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia dr Pandu Riono mengatakan melambatnya kasus baru Covid-19 seiring Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang mulai berjalan efektif. Pandu mengatakan dengan kondisi ini, ada kemungkinan kasus corona di Jakarta mulai menurun jelang lebaran.
“DKI potensial lebih cepat karena kepatuhannya PSBB sudah mencapai 60%. Artinya sudah tidak banyak pelanggaran,” kata Pandu kepada Katadata.co.id, Senin (28/4).
(Baca: Tiga Fakta di Balik Tren Melambatnya Kasus Positif Corona di Jakarta)
Bahkan dia membuka kans penurunan kasus Covid-19 di Ibu Kota bisa terjadi pertengahan Ramadan atau kurang dari dua pekan lagi. Namun hal tersebut baru bisa terjadi jika kepatuhan PSBB ditingkatkan menjadi 80%. “Dan tergantung jumlah pemeriksaannya. Kalau banyak, dia bisa slowdown,” kata Pandu.
Prediksi ini tentu saja lebih cepat dari target turunnya tingkat penyebaran Covid-19 secara nasional. Kepala Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Doni Monardo mengatakan tingkat penyebaran covid-19 baru akan menurun bulan Juni dan RI akan kembali normal pada Juli. Doni juga mengatakan PSBB di Jakarta berjalan baik dan dipatuhi masyarakat sehingga mampu memperlambat penyebaran pandemi.
Berdasarkan data Pemerintah Provinsi DKI Jakarta hingga Senin (27/4), total kasus positif corona di Jakarta sebanyak 3.832 orang. Dari jumlah tersebut, 1.950 penderita corona masih dirawat di rumah sakit dan 1.196 orang melakukan isolasi mandiri.
Sebanyak 338 penderita corona di Jakarta sudah dinyatakan sembuh. Sedangkan, ada 375 penderita corona yang dinyatakan meninggal dunia.
Meski Jakarta berpotensi terlepas dari pandemi lebih cepat dari daerah lain, namun Pandu menganggap bahaya corona tetap mengintai. Pasalnya wilayah sekitarnya belum tentu mengalami penurunan kasus bersamaan.
“Kalau misalnya Bogor (masih) bermasalah, kan kacau juga. Seharusnya pemerintah melihatnya jernih, secara satu kesatuan,” kata dia.
Potensi Episentrum Baru
Penurunan jumlah kasus positif di Jakarta sudah tentu menjadi kabar baik. Meski demikian, pemerintah juga perlu memantau penularan corona yang semakin meningkat di daerah lain karena mereka berpeluang menjadi episentrum baru Covid-19.
Epidemiolog dari Griffith University Australia Dicky Budiman memperkirakan kemunculan episentrum baru penyebaran corona di Indonesia akan memiliki kurva waktu yang berbeda-beda. Hal tersebut mengingat waktu terjadinya kasus awal di tiap wilayah Indonesia tak sama.
"Terkait episentrum, Indonesia memang akan memiliki variasi episentrum," kata Dicky Budiman kepada Katadata.co.id, Selasa (28/4).
Adapun, dia menyebut episentrum baru penyebaran corona ini akan berada di wilayah Jawa. Prediksi Dicky ini sebagaimana hasil riset yang dipublikasikan lembaga Alvara Research Center pada akhir pekan lalu.
Meski menurun di Jakarta, Alvara mencatat penambahan kasus positif corona secara harian paling tinggi ada di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Karenanya, ketiga provinsi dengan jumlah penduduk besar dan tingkat kepadatan tinggi itu berpotensi jadi episentrum baru penyebaran corona.
Dalam studi tersebut, pemerintah diminta waspada atas potensi munculnya episentrum baru penyebaran corona di luar DKI. Sebab, penanganan dan kondisi fasilitas medis di daerah belum tentu sebaik di Jakarta.
Sedangkan Pandu menilai pemerintah seharusnya menerapkan PSBB secara nasional guna menekan laju penyebaran corona. Apalagi menurutnya penyebaran penyakit tersebut sudah berbasis komunitas dan tak lagi mengenal batas-batas wilayah. "Maka tidak perlu lagi ada zona hijau dan zona merah," kata Pandu.
(Baca: Kemenperin Berikan Izin Operasi 14.533 Perusahaan Selama PSBB di Jawa)