PSBB Belum Optimal, Pakar Ragukan Prediksi Jokowi Soal Puncak Corona

ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/nz
Petugas saat pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di kawasan Glodok, Jakarta, Kamis (23/4/2020). Pakar Epidemiologi UI dr Pandu Riono meragukan puncak penyebaran virus corona terjadi Mei.
Penulis: Dimas Jarot Bayu
Editor: Ameidyo Daud
23/4/2020, 14.50 WIB

Prediksi Presiden Joko Widodo bahwa puncak penyebaran virus corona Covid-19 terjadi bulan Mei diragukan pakar. Epidemiolog dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) dr Pandu Riono mengatakan besar kemungkinan titik tertinggi penyebaran masih lebih lama lagi. 

Ini lantaran pemerintah belum optimal menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di beberapa daerah. Dengan kondisi ini, Pandu mengatakan ada kemungkinan puncak penyebaran baru terjadi jika virus tersebut telah menginfeksi separuh populasi di Indonesia.

“Itu lama, sampai Agustus 2020 juga masih naik terus,” kata Pandu saat dihubungi Katadata.co.id, Kamis (23/4).

(Baca: Beda Mudik vs Pulang Kampung, BNPB Punya Protokol Resmi & Definisinya)

Selain itu, belum seluruh masyarakat mematuhi PSBB yang telah ditetapkan di sejumlah daerah. Ini terlihat dari hasil survei KedaiKOPI yang menyatakan 35,1% warga Jabodetabek masih bekerja di luar rumah dalam sepekan terakhir. 

Pandu mengatakan pembatasan di banyak negara lain berhasil meredam Covid-19 lantaran mayoritas warganya patuh. “Negara yang sudah berhasil PSBB-nya itu 80% masyarakatnya patuh. Kalau tidak sampai 80% jangan harap,” kata Pandu.

Menurut Pandu, pemerintah seharusnya menerapkan PSBB berskala nasional jika ingin masa puncak penyebaran corona terjadi pada akhir Mei 2020. Sebab, pandemi tersebut sudah menyebar di 34 provinsi di Indonesia.

Tak hanya itu, PSBB harus terus dipantau dan dievaluasi agar berjalan efektif. Edukasi kepada masyarakat juga harus gencar dilakukan pemerintah. “Apa yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan itu harus terus menerus disampaikan.

Lebih lanjut, Pandu mendesak pemerintah bisa mempercepat dan memasifkan pemeriksaan corona dengan metode polymerase chain reaction (PCR). Untuk bisa melakukan hal tersebut, pemerintah harus menyiapkan kebutuhan reagen untuk pemeriksaan PCR. “Dukungan supaya laboratorium itu jalan harus disiapkan,” kata Pandu.

Sedangkan peneliti dari Eijkman-Oxford Clinical Research Unit Iqbal Elyazar menunggu efektivitas larangan mudik terhadap menyebarnya corona. Selain itu ia mengatakan jumlah pemeriksaan spesimen juga menjadi salah satu faktor penting terungkapnya kasus positif.

“Indikator ini penting. Apalagi sebenarnya kita berada di fase eksponensial dan masih di lereng, belum sampai puncak,” kata Iqbal dalam sebuah diskusi virtual beberapa hari lalu.

Jokowi sebelumnya memprediksi penyebaran corona akan mencapai puncaknya pada akhir Mei 2020. Setelah itu, penyebaran corona akan melandai hingga Juli 2020.

“Tetapi dengan catatan masyarakat memiliki kedisiplinan yang kuat,” kata Jokowi dalam wawancara eksklusif di Mata Najwa yang disiarkan Trans7, Rabu (22/4/2020) malam.

(Baca: BNPB Prediksi PSBB Masih Berlangsung hingga Juni 2020)

Reporter: Dimas Jarot Bayu