Gelar Konvensi Terbesar, Asosiasi Migas Soroti Harga Minyak Rendah

KATADATA
Pengeboran minyak lepas pantai.
Penulis: Arnold Sirait
25/5/2016, 07.43 WIB

Harga minyak yang rendah sejak setahun terakhir telah menjadi perhatian banyak pihak, baik pemerintah maupun para pelaku industri di sektor minyak dan gas bumi (migas). Kondisi tersebut menyebabkan bisnis di sektor migas menjadi kurang ekonomis sehingga banyak perusahaan mengerem operasional dan ekspansi usahanya. Alhasil, penemuan cadangan baru hingga produksi migas terus menurun.

Masalah inilah yang menjadi fokus perhatian Indonesian Petroleum Association (IPA) atau Asosiasi Industri Minyak dan Gas Bumi (Migas) saat menggelar hajatan tahunan IPA Convention dan Exhibition yang ke-40 tahun ini, mulai Rabu ini (25/6) hingga Jumat nanti (27/6) di JCC, Senayan, Jakarta. Konvensi dan pameran migas terbesar di Asia Tenggara ke 40 atau The 40th IPA CONVEX 2016 ini pun mengusung tema “Shifting Paradigms in Indonesia. Supplying Energy in the New Reality."

Ini memang acara tahunan yang digelar oleh IPA, organisasi non-profit yang didirikan pada tahun 1971 oleh 53 perusahaan yang merupakan para pemain utama sektor industri hulu migas nasional. Sedangkan anggotanya sebanyak 120 anggota asosiasi, serta lebih dari 1.500 perusahaan pendukung. Hajatan IPA CONVEX biasanya dihadiri oleh sekitar 20 ribu pengunjung, serta lebih dari 4.000 delegasi dan pembicara dari 26 negara. Termasuk pejabat pemerintah di sektor migas dari negara lain, serta CEO dari perusahaan-perusahaan terkemuka dunia.

Pada hajatan tahun ini, IPA menyajikan rangkaian program yang lengkap, mulai dari forum diskusi yang menghadirkan pembicara kunci dari semua pemangku kepentingan, sesi presentasi teknis yang menghadirkan inovasi teknologi terkini. Perubahan paradigma di industri migas akan menjadi fokus utama pembahasan dalam konvensi ini.

IPA menghimbau adanya perubahan paradigma seluruh pemangku kepentingan industri migas karena penurunan harga minyak mentah secara drastis sejak pertengahan 2014 hingga menyentuh level sekitar US$ 40 per barel telah menjadi tantangan berat bagi industri migas. “Kami menyadari pentingnya dialog di antara seluruh pemangku kepentingan untuk menemukan kesamaan pandangan,” ujar Chairperson IPA CONVEX 2016, Marudut Manullang berdasarkan siaran persnya, akhir Februari lalu.

Dari sisi ketahanan energi, rendahnya harga minyak menyimpan tantangan jangka panjang. Menurunnya kegiatan eksplorasi dan produksi mengakibatkan cadangan minyak Indonesia tak bertambah. Sementara, harga minyak yang rendah memicu peningkatkan konsumsi.

Namun demikian, IPA mengapreasiasi sejumlah kemajuan dan perbaikan yang dilakukan pemerintah selama setahun terakhir, antara lain pemangkasan perizinan melalui Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) di Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). Pemerintah juga mengeluarkan sejumlah kebijakan di sektor migas terutama kemudahan dalam pembangunan kilang.

Untuk memastikan iklim investasi migas di Indonesia semakin membaik dan ketahanan energi tidak terganggu, upaya reformasi tersebut harus berlanjut dan perlu ditingkatkan. President IPA Christina Verchere mengatakan bahwa IPA selalu siap bekerjasama dengan pemerintah untuk merumuskan dan mengimplementasikan perubahan yang diperlukan. “Kami juga berharap untuk bekerjasama dengan pemerintah dalam merumuskan inisiatif lain agar industri migas bisa tetap mempertahankan kontribusinya dalam ketahanan energi di tengah situasi yang kurang menguntungkan,” kata Verchere.