Kalah di Pilgub Jateng, Sudirman Said Tetap Diminta Garap Konstituen

ANTARA FOTO/Reno Esnir
Calon gubernur dan wakil gubernur Jawa Tengah Sudirman Said dan Ida Fauziah tersingkir berdasarkan hasil perhitungan cepat.
Penulis: Dimas Jarot Bayu
Editor: Yuliawati
2/7/2018, 17.29 WIB

Hasil perhitungan cepat dari berbagai survei menyatakan pasangan Sudirman Said-Ida Fauziyah kalah bersaing dengan Ganjar Pranowo-Taj Yasin dalam Pilkada Jawa Tengah. Misalnya, hitung cepat versi Saiful Mujani Research Center (SMRC) menyatakan perolehan suara Ganjar-Yasin sebesar 58,58%, dan Sudirman-Ida mendapatkan elektabilitas sebesar 41,42%.

Meski kalah versi perhitungan cepat, Presiden PKS Sohibul Iman menilai Sudirman-Ida dalam Pilkada Jawa Tengah memperoleh capaian luar biasa. Sohibul menilai Sudirman-Ida cukup berhasil meningkatkan elektabilitas hingga di atas 40%. 

"Di sini, mereka sekalipun kalah secara nominal, tapi ini adalah kekalahan bermartabat dan membanggakan," kata Sohibul di Kantor DPP PKS, Jakarta, Senin (2/7).

Sohibul pun meminta agar Sudirman-Ida tetap menjaga konstituen yang telah diraihnya dalam Pilkada Jawa Tengah. Ini dilakukan dengan tetap menyerap dan terus berkomunikasi meski nantinya tak menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur.

"Pekan depan Mas Dirman akan mendatangi konstituen itu dan mengucapkan terima kasih kepada mereka," kata Sohibul.

Langkah ini untuk menjaga suara konstituen untuk menghadapi pemilihan legislatif dan pemilihan presiden 2019. 

Sudirman Said sendiri telah menerima kekalahan berdasarkan hasil berbagai perhitungan cepat Pilkada Jawa Tengah. Namun, Sudirman bakal memberikan catatan atas penyelenggaraan pilkada tersebut.

(Baca juga: Evaluasi Pilgub Jabar, Golkar Khawatirkan Elektabilitas Jokowi)

Salah satu catatan tersebut yakni mengenai adanya Daftar Pemilih Tetap yang bermasalah. Sebelumnya, tim sukses Sudirman-Ida sempat melaporkan ke Bawaslu mengenai potensi jutaan DPT bermasalah di Jawa Tengah.

Potensi itu muncul lantaran mereka menemukan 22 variasi data ganda dalam DPT Jawa Tengah. Hal ini terdiri dari seperti kesamaan Kartu Keluarga, Nomor Induk Kependudukan (NIK), dan nama pemilih.

Selain variasi kegandaan, terdapat pula temuan mengenai identitas pemilih yang mencurigakan. Kecurigaan itu muncul lantaran nama pemilih terlalu singkat dengan tiga huruf, seperti Ani, Adi, Ina. Tim Sudirman-Ida menemukan potensi tersebut sebesar 2.448 orang yang tersebar di 11 kabupaten/kota.

"Paling mendasar barangkali DPT bermasalah yang sampai sekarang kami sudah laporkan dari potensi jutaan, yang sudah kami sampaikan itu belum terasa memadai," kata Sudirman.

(Baca juga: Hasil Hitung Cepat, Lumbung Suara di Jawa Diamankan Pendukung Jokowi)

Terkait dugaan pelanggaran pemilu, tim advokasi Sudirman-Ida tengah melakukan kajian sebelum dibawa ke Bawaslu. Sudirman menuding tim suksesnya mendapat tekanan ketika membawa uang konsumsi untuk saksi pilkada.

Peristiwa tersebut terjadi pada Kamis (21/6) malam di jalan tol. Sudirman mengklaim tim suksesnya disergap lima kendaraan kemudian ditodong senjata api.

"Dampaknya begitu ada hambatan itu secara psikologis tim kami di lapangan terganggu dan itu berdampak pada efektivitas ketika menjadi saksi," kata Sudirman.