Kopi Cold Brew, Tren Baru atau Sekadar Alternatif Pilihan?

Shopee
Proses cupping saat coffee workshop bersama Anomali Coffee dan Shopee, Jumat (27/7).
Penulis: Dini Hariyanti
5/10/2018, 19.17 WIB

Kopi dengan metode penyeduhan air dingin atau cold brew menjadi alternatif varian minuman berbahan dasar biji kopi. Tapi agaknya cold brew sekadar menu selingan saja bagi penikmat kopi di Indonesia.

Almatius Surya, seorang penikmat minuman seduhan kopi, menyatakan bahwa dari segi rasa, cold brew relatif lebih ringan. "Itu mungkin karena proses pembuatannya yang harus diendapkan minimal 8 jam," katanya kepada Katadata.co.id, Jumat (5/10).

Namun ditanya pendapatnya mengenai kekhasan rasa cold brew secara keseluruhan, Almatius merasa tak ada yang spesial. Menu kopi seduhan dingin ini dipilihnya untuk membantu menyejukkan tubuh pada saat cuaca panas.

"Kalau dibilang khas, saya tidak tau khasnya di mana. Saya kalau minum cold brew itu kalau sedang kepanasan," tuturnya. (Baca juga : Alasan Kuliner Indonesia Kurang Populer di Luar Negeri)

Bagi Almatius, yang lebih menggiurkan dari minuman kopi adalah after taste alias sensasi rasa setelah menyeruputnya. After taste ini tidak terbatas pada sisa rasa di mulut tetapi apa yang dirasakannya secara keseluruhan selepas minum kopi, termasuk efek biologis kepada tubuh.

Mengutip majalah.ottencoffee.co.id dijelaskan, cold brew adalah minuman berbahan kopi yang dibuat dengan metode perendaman selama minimal 8 jam. Air yang digunakan untuk menyeduh adalah air biasa dengan suhu ruangan atau dengan air dingin.

Pada intinya, cold brew adalah kopi yang tidak pernah terkena paparan suhu panas. Minuman kopi dengan teknik penyeduhan dingin ini rasanya lebih ringan dengan kadar keasaman relatif lebih rendah.

Kopi seduhan dingin tersebut fokus kepada lama durasi ketimbang suhu panas untuk mengekstraksi kopi. Level gilingan yang biasa dipakai adalah medium-to-coarse.

Barista Box Koffies Rizky Restiono menuturkan bahwa peminat cold brew agaknya tak seberapa dibandingkan dengan teknik penyeduhan kopi lain, seperti v60 ice. Oleh karena itu, tidak semua kedai kopi menyediakan cold brew.

"Peminat cold brew kurang kalau menurut saya. Tidak semua orang suka sama cold brew khususnya yang black. Periode ekstraksi setiap cold brew berbeda-beda, ada yang merasa over, pas, kadang biasa saja rasanya," kata dia kepada Katadata.co.id secara terpisah.

(Baca juga: Bekraf Bawa Lima Tantangan Ekonomi Kreatif Indonesia ke Forum Dunia)

Kedai yang fokus menyajikan minuman berbahan dasar biji kopi semakin marak di Indonesia. Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) mendorong agar kopi menjadi bagian dari gaya hidup. Oleh karena itu, dibutuhkan sentuhan kreativitas.

"Kreativitas ini penting karena dunia internasional harus tahu bahwa Indonesia adalah saalah satu penghasil kopi terbaik di dunia," kata Kepala Bekraf Triawan Munaf.

Kementerian Perindustrian mencatat, Indonesia adalah salah satu penghasil kopi terbesar di dunia. Urutan pertama ialah Brasil sebanyak 2,9 juta ton per tahun, kemudian Vietnam 1,65 juta ton, ketiga adalah Kolombia 840.000 ton, barulah RI sekitar 639.000 ton per tahun.

Triawan menyatakan, pengembangan bisnis kopi di sektor hilir perlu mendapatkan perhatian khusus salah satunya SDM barista. Indonesia membutuhkan barista yang tersertifikasi sehingga dapat membantu branding hulu kopi Indonesia.