Hasil Survei: Semakin Tinggi Status Sosial Ekonomi, Orang Tak Toleran

ANTARA FOTO/Ganang Aditama
Peserta mengikuti aksi protes pembakaran bendera berkalimat Tauhid di depan Kantor Kemenko Polhukam, Jakarta, Jumat (26/10/2018).
Penulis: Dimas Jarot Bayu
16/11/2018, 17.46 WIB

Survei lembaga kajian KedaiKOPI mencatat rata-rata tingkat toleransi masyarakat Indonesia baru mencapai skor 2,16. Angka ini jauh dari skor maksimal 5 yang menandakan tingkat toleransi tinggi dari masyarakat.

Direktur Eksekutif KedaiKOPI Kunto Adi Wibowo menyatakan masyarakat Indonesia paling tidak toleran terhadap kelompok teroris dengan skor 1,79. Kemudian, angka ini disusul atas PKI (1,79), dan Ahmadiyah (1,96).

Sementara itu, kelompok yang paling banyak dihindari adalah organisasi terlarang dengan persentase 25,8 persen. Kelompok yang dihindari setelahnya adalah PKI (21,3 persen) dan FPI (10,3 persen).

Dari data KedaiKOPI, kelompok yang terafiliasi dengan agama Islam justru paling banyak dihindari ketimbang non-muslim. Kelompok terafiliasi Islam yang dihindari masyarakat Indonesia yakni Ahmadiyah (1,4 persen; 1,96), Syiah (0,7 persen; 2,05), FPI (10,3 persen; 2,39), dan HTI (1,7 persen; 2,48).

Adapun skor penghindaran dari masyarakat kepada kelompok non-muslim sebesar 2,42 atau 0,7 persen. “Kelompok etnis yang dihindari adalah Cina (1,3 persen) dengan indeks toleransi 2,20 dan Madura (1,3 persen) dengan indeks toleransi 3,65,” kata Kunto.

Menurut dia, status sosial ekonomi menjadi satu-satunya faktor dalam uji statistik memprediksi tingkat toleransi. Sementara, jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, religiusitas, dan daerah perkotaan atau pedesaan tidak menjelaskan tingkat toleransi secara signifikan.

Dari faktor tersebut, Kunto menyebutkan bahwa orang semakin tidak toleran seiring tingginya status sosial ekonomi mereka. “Hal ini bisa disebabkan oleh rasa berhak mendapatkan segalanya yang mengakibatkan tipisnya toleransi,” kata Kunto.

Untuk meningkatkan tingkat toleransi masyarakat Indonesia, Kunto menilai perlu alternatif pendidikan toleransi. Sebab, KedaiKOPI mencatat bahwa tingkat pendidikan formal serta lingkungan perkotaan yang lebih majemuk tidak mempengaruhi tingkat toleransi seseorang.

Survei Nasional KedaiKOPI mengenai toleransi dilakukan pada 12 - 27 Maret 2018 terhadap 1135 responden di 34 provinsi di Indonesia. KedaiKOPI melakukan survei dengan teknik multistage random sampling serta wawancara tatap muka. 

Tingkat kesalahan alias margin of error dalam survei ini sebesar +/- 3,05% dengan tingkat kepercayaan sebesar 95%. Hasil survei juga diboboti sesuai parameter populasi BPS (sensus 2010) untuk usia, jenis kelamin, dan perkotaan.