TKN: #UninstallBukalapak Bukti Pendukung Jokowi Semakin Militan

ANTARA FOTO/Moch Asim
Sekretaris Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf, Hasto Kristiyanto menyebut militansi para pendukung paslon nomor 01 makin kuat.
Penulis: Ameidyo Daud
15/2/2019, 20.00 WIB

Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma'ruf Amin menyebut ramainya #UninstallBukalapak di Twitter yang merupakan respons terhadap cuitan Bos Bukalapak Achmad Zaky menunjukkan militansi pendukung pasangan calon nomor urut 01 tersebut semakin kuat. TKN juga mengklaim keunggulan Jokowi-Ma'ruf di media sosial mencapai 60%.

Sekretaris TKN Hasto Kristiyanto mengatakan, respons warganet terhadap pernyataan Achmad Zaky merupakan respons yang murni, bukan karena pengaruh dari tim sukses Jokowi-Ma'ruf. Ia juga meminta semua pihak berhati-hati dengan militansi seperti ini. "Militansi pendukung Pak Jokowi semakin kuat," kata Hasto dalam sesi konferensi pers di Rumah Cemara, Jumat (15/2).

Menurutnya, dukungan kepada Jokowi dan Ma'ruf semakin terlihat dengan keunggulan pasangan tersebut di media sosial yang mencapai 60%. Selain itu, indikasi meningkatnya militansi pendukung Jokowi terlihat pasca provokasi yang dilakukan kubu paslon nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.

Contohnya, pembukaan markas Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandiaga di Solo yang berada hanya sekitar 300 meter dari kediaman Jokowi. "Mungkin mereka tidak paham nilai Indonesia atau terlalu lama di luar negeri," kata Hasto.

Sudah Dimaafkan

Meski demikian, TKN memaafkan Zaky apalagi yang bersangkutan sudah mengklarifikasi cuitannya. Hasto juga memastikan Jokowi saat ini mendorong riset dan ke depan pemerintah akan membentuk Badan Riset Nasional sebagai bukti keseriusannya. "Tapi data yang dipakai (Zaky) juga data lama," kata Hasto merujuk data 2016 yang digunakan Zaky dalam cuitannya.

Dalam cuitannya melalui akun @achmadzaky, ia mengatakan, anggaran riset dan pengembangan (research and development/R&D) di Indonesia sangat rendah. Achmad Zaky menyebutkan anggaran R&D di Indonesia hanya US$ 2 miliar pada 2016. Nilai tersebut lebih rendah dibanding Amerika Serikat (AS) sebesar US$ 511 miliar, Tiongkok US$ 451 miliar, Jepang US$ 165 miliar, Jerman US$ 118 miliar, Korea Selatan US$ 91 miliar, Taiwan US$ 33 miliar, Australia US$ 23 miliar, Malaysia US$ 10 miliar, dan Singapura US$ 10 miliar.

Di akhir cuitannya, ia berharap presiden baru bisa mengalokasikan anggaran yang lebih besar untuk riset dan pengembangan. Cuitan tersebut menimbulkan pro dan kontra di masyarakat. Bahkan sempat muncul tagar #UninstallBukalapak yang menjadi topik populer (trending topic) di Twitter sejak kemarin (14/2).

(Baca: Bos Bukalapak Cuit Soal Presiden Baru, #UninstallBukalapak Populer)

Bos Bukalapak ini lantas mengklarifikasi cuitan sebelumnya dan meminta maaf kepada para pendukung Jokowi atas unggahan sebelumnya. "Ini misperception. Saya kenal Pak Jokowi orang baik. Bahkan sudah saya anggap seperti ayah (sama-sama dari Solo). Tidak ada niat buruk dari tweet saya," ujarnya.

Dalam siaran pers resmi Bukalapak, Achmad Zaky menyebut cuitan tersebut tidak bermaksud mendukung atau tidak mendukung calon presiden tertentu. Lewat cuitan itu, ia justru ingin meminta semua pihak bersama membangun Indonesia melalui penelitian dan pengembangan ilmiah.

Cuitan tersebut dimaksudkan agar pemerintah meningkatkan anggaran R&D untuk 20 hingga 50 tahun ke depan. "Kebijakan dan dukungan pemerintah saat ini sangat menyemangati kami. Semoga ke depan, industri teknologi dan yang berbasis pengetahuan semakin maju," kata dia.

(Baca: Jelang Debat, Isu Infrastruktur dan Pangan Dominasi Percakapan Medsos)

Reporter: Ameidyo Daud