Pertemuan antara Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Istana Negara beberapa waktu lalu menimbulkan sejumlah kabar bahwa PAN akan menyeberang ke kubu Koalisi Indonesia Kerja periode dua.
Hal tersebut memang tidak menutup kemungkinan bisa terealisasi. Wakil Ketua DPP PAN Bara Hasibuan menjelaskan, jika komitmen antara PAN dan Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandiaga hanya pada saat Pilpres 2019.
“Pada dasarnya komitmen PAN dengan Prabowo-Sandi hanya sampai pemilihan presiden,” ujar Bara di Jakarta, Senin (29/4). (Baca: Real Count Mencapai 51,49%, Prabowo Kian Sulit Kejar Jokowi)
Ia juga menegaskan bahwa kedepanya PAN memiliki hak penuh dalam menentukan masa depan partainya itu. Menurutnya, dukungan dan komitmen PAN kepada BPN benar-benar hanya sampai Pilpres, setelah itu Bara menyebut PAN memiliki otoritas penuh untuk menentukan arahnya sendiri, sebagai partai politik.
Pernyataan Bara ini menegaskan pernyataannya pekan lalu, ketika ia menyebut mengena repositioning yang akan dilakukan oleh PAN. Ia menilai segala keputusan yang nantinya akan diambil hanya semata mata kepentingan partai bahkan dirinya tidak menutup kemungkinan dengan bergabungnya PAN ke kubu Jokowi-Ma'ruf.
“Tentunya sesuai kepentingan partai dan kontribusi apa yang bisa kami lakukan untuk bangsa ini. Dan tentu kontribusi itu menentukan positioning apa yang akan kami lakukan untuk bangsa ini. Minggu lalu saya menyebutkan positioning , artinya terserah partai mau melaju kearah mana,” katanya kepada wartawan.
Namun Bara mengungkapan dirinya masih menunggu hasil real count yang dilakukan oleh KPU, baru setelah itu PAN akan menentukan sikap. Setelah real count Pilpres 2019 rampung, Bara menyebut arah PAN akan ditentukan melalui mekanisme institusional partai.
Peluang Besar PAN Bergabung Dengan Jokowi
Sebelumnya pada hari Rabu (24/4), beberapa elit politik menemui Jokowi usai presiden melantik Murad Ismail dan Barnabas Orno sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Maluku. Beberapa elite politik yang berbicang-bincang dengan Jokowi antara lain, Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan, Ketua Umum Nasdem Surya Paloh, serta Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto.
Perbincangan antara Jokowi dengan para elite politik ini terlihat berjalan santai dan akrab. Meski demikian, sesekali mereka memperlihatkan raut muka serius ketika berbincang. Saat ditanya wartawan, Zulkifli mengatakan salah satu yang dibahas dalam perbincangan tersebut terkait Pemilu 2019.
(Baca: Berbincang dengan Jokowi, Elite Politik Keluhkan Durasi Pemilu 2019)
Namun, spekulasi yang beredar bertemunya Zulkifli dengan Jokowi banyak dibaca sebagai sinyal PAN akan merapatkan barisan ke kubu Jokowi. Padahal Pilpres 2019 belum benar-benar selesai, dengan proses real count yang masih terus berjalan hingga rekapitulasi akhir suara 22 Mei mendatang.
Mengutip Antara, peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Aisah Putri Budiatri menilai PAN berpeluang besar bergabung dengan pemerintahan Jokowi periode kedua. Menurut Aisah isyarat bergabungnya PAN ke kubu Jokowi terlihat pada pertemuan Zulkifli dengan Jokowi.
Ia menilai Zulkifli sendiri sangat paham konsekuensi dari pertemuan tersebut, tetapi justru Zulkifli seolah nampak ingin melihat respon dari kedua kubu. Menurutnya, dengan berinisiatif untuk bertemu dan sekadar berbincang-bincang dengan Jokowi, Zulkifli melakukan dua hal, yakni 'testing the water' kubu Prabowo-Sandiaga dan kubu pendukung Jokowi.
Ia menambahkan, Zulkifli agaknya sadar bahwa bergabung dengan Jokowi memberikan keuntungan tersendiri, karena kontrak politik hanya akan berlaku selama lima tahun ke depan. "Tahun 2024 peta politik akan berubah total jika Jokowi menang di 2019 karena tidak mungkin kembali maju pada 2024," ujarnya.