PAN: Nasib Koalisi Prabowo-Sandiaga Bakal Dibahas Setelah 22 Mei 2019

ARIEF KAMALUDIN | KATADATA
(ki-ka) Zulkifli Hasan, Ketua Umum PAN, Prabowo Subianto - Sandiaga Uno, Capres dan Cawapres RI dan Mohamad Sohibul Iman, Presiden PKS , saat pendaftaran Capres, Jakarta, Jumat (10/08)
Penulis: Dimas Jarot Bayu
Editor: Sorta Tobing
10/5/2019, 20.47 WIB

Sekretaris Jenderal Partai Amanat Nasional (PAN) Eddy Soeparno mengatakan, arah koalisi pendukung pasangan calon nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno akan dibahas setelah 22 Mei 2019. Pada tanggal itu Komisi Pemilihan Umum akan mengumumkan hasil penghitungan suara Pemilu.

"Pak Prabowo ya nanti akan memanggil seluruh anggota koalisi, (Apakah) kami berjalan bersama-sama atau ada rencana lain atau masing-masing," kata Eddy di rumah dinas Ketua MPR sekaligus Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan, Jalan Widya Chandra IV, Jakarta, Jumat (10/5).

Eddy menilai masing-masing partai, termasuk PAN, memiliki independensi untuk menentukan sikap pasca-hasil rekapitulasi penghitungan suara Pilpres 2019. Namun, Eddy menyebut semangat kebersamaan antarpartai dalam Koalisi Indonesia Adil dan Makmur akan tetap dijaga apapun hasilnya.

Menurut dia, partai-partai dalam koalisi pendukung Prabowo-Sandiaga tak boleh saling berkonflik setelah arah koalisi pasca-Pilpres 2019 ditetapkan. "Kami jaga semangat silaturahmi, kami jaga apapun hasilnya," kata Eddy.

(Baca: Anggap Prabowo Dipasok Data Tak Akurat, Demokrat Ragu Kemenangan 62%)

Adapun, Eddy menilai partai-partai dalam koalisi pendukung Prabowo-Sandiaga masih akan tetap bersama hingga 22 Mei 2019. Pasalnya, Koalisi Indonesia Adil dan Makmur masih memiliki pekerjaan besar pasca-pemungutan suara.

Kebersamaan itu sesuai dengan kontrak politik partai-partai ketika bergabung dalam koalisi tersebut. "Kami masih fokus untuk menuntaskan berbagai tugas pasca-Pilpres dan itu akan kami selesaikan nanti," kata Eddy.

PAN saat ini kian gencar diisukan keluar dari kubu Prabowo-Sandiaga. Hal ini merebak setelah Zulkifli berbincang dengan Presiden Joko Widodo di Istana Merdeka, Jakarta, beberapa waktu lalu. Pertemuan itu terjadi usai Jokowi melantik Murad Ismail-Barnabas Orno sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Maluku.

(Baca: Pengamat Nilai Menipisnya Barisan Prabowo Bukti Elit Politik Sportif)

Selain PAN, Demokrat juga diisukan akan berubah haluan koalisi politik. Hal itu lantaran Ketua Komando Satuan Tugas Bersama (Kogasma) Pemenangan Pemilu Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) berbincang dengan Jokowi di Istana Merdeka, Kamis (2/5).

Indikasi Demokrat berubah haluan politik semakin kuat setelah Sekretaris Jenderal Demokrat Andi Arief menuding adanya elemen 'setan gundul' yang tidak rasional yang mendominasi koalisi pengusung Prabowo. Padahal, di dalam Koalisi Adil Makmur terdapat sejumlah parpol, seperti Gerindra, Demokrat, PAN, Partai Keadilan Sejahtera (PKS), hingga Partai Berkarya.

Andi bahkan mengancam Demokrat akan memilih jalan sendiri apabila Prabowo terus-menerus disetir kelompok 'setan gundul' tersebut. "Partai Demokrat akan memilih jalan yang tidak mengkhianati rakyat," cuit Andi melalui akun Twitter @AndiArief_.

(Baca: Potensi Merapatnya Dua Partai dan Hitungan Kekuatan Kubu Jokowi di DPR)

Reporter: Dimas Jarot Bayu