Kronologi Lengkap Demonstrasi Berujung Rusuh di Bawaslu 22 Mei Subuh

Sejumlah masa melakukan aksi di kawasan Petamburan, Tanah Abang,  Jakarta Pusat (22/5). Aksi ini merupakan penolakan terhadap hasil rekap pemilu 2019.
Penulis: Dimas Jarot Bayu
Editor: Sorta Tobing
22/5/2019, 13.44 WIB

Aksi unjuk rasa pasca-pengumuman hasil rekapitulasi penghitungan suara di depan Gedung Bawaslu, Jakarta pada Selasa (21/5) malam berujung ricuh. Kepala Divisi Humas Mabes Polri Irjen Muhammad Iqbal menjelaskan kronologis peristiwa tersebut.

Awalnya, unjuk rasa berlangsung kondusif dan damai di depan Gedung Bawaslu. Bahkan, massa diizinkan untuk berbuka puasa bersama dilanjutkan salat magrib, isya, dan tarawih berjamaah meski telah melebihi batas waktu unjuk rasa pada pukul 18.00 WIB.

Pukul 21.00 WIB, personel Polres Jakarta Pusat mengimbau massa untuk membubarkan diri. Iqbal mengatakan, imbauan tersebut pun disambut baik oleh koordinator aksi. Massa lantas membubarkan diri dengan kooperatif, tertib, dan damai.

"Setelah itu tentunya kami melakukan konsolidasi untuk tetap menjaga dan mengamankan berbagai objek vital terutama Bawaslu," kata Iqbal di Kemenko Polhukam, Jakarta, Rabu (22/5).

Pukul 23.00 WIB, ada massa yang tiba-tiba datang ke depan Gedung Bawaslu dari arah jalan Sabang dan Wahid Hasyim, Jakarta Pusat. Menurut Iqbal, massa tersebut berulah anarkis dan provokatif. Mereka bahkan merusak security barrier dan meneriaki petugas.

Menurut Iqbal, personel TNI dan Polri sudah menghalau massa tersebut untuk berunjuk rasa sesuai dengan mekanisme yang ada. "Namun massa tersebut kami dorong bukan malah kooperatif, tapi menyerang petugas. Bukan hanya dengan kata-kata, tetapi lemparan batu, molotov, petasan ukuran besar kepada petugas dan massa tersebut sangat brutal," kata Iqbal.

Iqbal mengatakan, polisi telah mengimbau massa selama lima jam agar segera pulang ke rumah masing-masing. Hanya saja, mereka tak mau mendengarkan imbauan tersebut.

Akhirnya, personel polisi dan TNI mendorong massa untuk pergi pada Rabu (22/5) pukul 03.00 WIB. Massa kemudian terpecah ke arah jalan Sabang dan beberapa gang kecil. "Dari insiden tersebut Polda Metro Jaya mengamankan 58 orang yang diduga provokator dan saat ini sedang kami dalami," kata Iqbal.

Pada saat bersamaan, ada sekitar 200 massa yang berkumpul di jalan KS Tubun, Jakarta Barat. Menurut Iqbal, polisi sudah mengeluarkan imbauan agar massa tersebut pulang. Bahkan, polisi dibantu oleh para pemuka agama yang berasal dari Front Pembela Islam (FPI) ketika mengeluarkan imbuan tersebut. Massa tersebut awalnya sempat tenang.

Hanya saja, ada massa yang kemudian bergerak ke arah asrama Brimob di Petamburan. Mereka menyerang asrama Brimob dengan bom molotov, petasan, dan botol-botol yang ada. Polisi sempat menghalau mereka dengan gas air mata. Bukannya mundur, massa malah meringsek masuk ke dalam asrama dan membakar beberapa kendaraan yang berada di sana.

Akibatnya, ada 11 kendaraan yang rusak. Ada pula 14 kendaraan terbakar. "Ada truk Pengendalian Massa (Dalmas), bus Dalmas, mobil dinas K9, dan 11 unit mobil umum," kata Iqbal.

Lebih lanjut, Iqbal mengatakan ada beberapa massa yang terluka dan meninggal dunia dari peristiwa kericuhan tersebut. Hanya saja, dia enggan menyampaikan secara rinci jumlah mereka. Iqbal mengatakan, polisi masih melakukan pemeriksaan dan investigasi terkait hal tersebut.

Polisi telah mengamankan 11 orang yang diduga sebagai provokator dalam peristiwa kericuhan dan pengrusakan di asrama Brimon. "Saat ini Polda Metro Jaya sedang mendalami hal tersebut," kata Iqbal.