Momentum perayaan Idulfitri pada Rabu (5/6) lalu dimanfaatkan putra Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) untuk bersilaturahmi dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi). AHY mengunjungi Jokowi ke Istana Merdeka, Jakarta ditemani adiknya, Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas) dan istri mereka masing-masing, Annisa Pohan dan Siti Ruby Alya Rajasa.
Seusai bersilaturahmi dengan Jokowi, AHY melanjutkan kunjungan lebarannya ke kediaman Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri. Silaturahmi antara AHY dan Jokowi maupun Megawati saat perayaan Idulfitri tersebut dianggap bukanlah hal biasa.
Pengamat politik dari Universitas Al Azhar Indonesia (UAI) Ujang Komarudin menilai silaturahmi tersebut sebagai langkah bagi Demokrat untuk bergabung bersama Koalisi Indonesia Kerja.
(Baca: Andi Arief: Kekalahan Prabowo-Sandiaga Bukan Salah Demokrat dan SBY)
Ujang mengatakan, Jokowi merupakan tokoh kunci agar Demokrat dapat masuk ke dalam koalisi. Sebab, Jokowi sebagai calon presiden merupakan aktor utama yang menentukan jalannya koalisi pendukung dalam palagan Pilpres 2019.
"Jokowi sebagai pemilik koalisi yang sebagai calon presidennya," kata Ujang ketika dihubungi Katadata.co.id, Jumat (7/6).
Ada pun, Megawati yang menjabat pemimpin dari partai utama pendukung Jokowi peranan penting mengarahkan koalisi. "Artinya apa yang menjadi ucapan Bu Megawati akan didengar Pak Jokowi," kata Ujang.
Menurut Ujang, silaturahmi AHY dengan Megawati menjadi penting mengingat hubungan keluarga mereka cukup renggang, setidaknya selama 15 tahun terakhir. Renggangnya hubungan tersebut lantaran terjadi ketegangan politik saat SBY maju sebagai pesaing Megawati pada Pilpres 2004.
(Baca: Sowan AHY ke Jokowi, Megawati dan Keluarga Gus Dur Menuai Apresiasi)
Ketika itu, SBY menjabat sebagai Menko Polhukam di bawah pemerintahan Megawati. SBY lalu mundur dari jabatannya dan mendirikan Partai Demokrat. Setelah itu, SBY maju sebagai calon presiden berpasangan dengan Jusuf Kalla pada Pilpres 2004 dan berhasil mengalahkan Megawati-Hasyim Muzadi.
"Ini strategi AHY dan Demokrat memperbaiki hubungan yang selama ini hampir 15 tahun renggang antara SBY dan Megawati. Ingin membuka lembaran baru," kata Ujang.
Peluang Demokrat Merapat ke Kubu Jokowi
Ujang menilai peluang merapatnya Demokrat ke koalisi pendukung Jokowi sebenarnya sudah cukup besar. Hal tersebut dapat dilihat dari sikap Demokrat yang mengakui hasil Pilpres 2019.
Sikap ini berbeda dengan yang ditunjukkan oleh pasangan calon yang diusung Demokat dalam Pilpres 2019, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. Prabowo-Sandiaga tidak mengakui hasil Pilpres 2019 dan tengah menggugatnya di Mahkamah Konstitusi saat ini.
(Baca: Andi Arief: Pertemuan SBY-Mega Timbulkan Secercah Sinar untuk Bangsa)
Beberapa politisi Demokrat pun berbalik arah dari Prabowo-Sandiaga. Kepala Divisi Advokasi dan Bantuan Hukum DPP Partai Demokrat Ferdinand Hutahaean, misalnya, mundur dari jabatannya sebagai juru bicara Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandiaga.
Wasekjen Demokrat Andi Arief secara terang-terangan bersikap menentang Prabowo-Sandiaga. Melalui cuitan di akun Twitternya @AndiArief_ pada Jumat (7/6), Andi menyesalkan sikap Prabowo-Sandiaga yang menyalahkan Demokrat, SBY, dan AHY atas kekalahan mereka di Pilpres 2019.
"Koalisi (Prabowo-Sandiaga) sudah mulai tidak solid lagi. Artinya sudah jalan masing-masing," kata Ujang.
Pengamat politik UIN Syarif Hidayatullah Adi Prayitno punya penilaian lain dari silaturahmi antara AHY dan Jokowi maupun Megawati. Menurut Adi, silaturahmi tersebut tak hanya dimaksudkan untuk membuka peluang Demokrat dalam koalisi pendukung Jokowi.
(Baca: Jokowi Ditemani Jan Ethes Curi Perhatian Masyarakat Yogyakarta)
Lebih jauh, Adi menilai kegiatan silaturahmi bisa menjadi momentum bagi AHY menarik dukungan Jokowi dan Megawati agar mau mempromosikannya maju di Pilpres 2024. Sebagai Presiden, Jokowi dianggap punya pengaruh untuk bisa mendorong AHY maju pada Pilpres 2024.
Hal serupa juga dapat terjadi dengan Megawati yang menjadi pemimpin partai pemenang Pileg 2014 dan 2019. Terlebih, jika AHY mau berduet dengan Puan pada kontestasi politik lima tahun mendatang.
"Lebih jauh dari itu bisa menjadi lompatan besar untuk merajut kemungkinan menduetkan mantan 'anak-anak presiden' maju di Pilpres 2024," kata Adi.