Tak Ada Tsunami, BNPB Pastikan Korban Jiwa Gempa Banten Capai 4 Orang

ANTARA FOTO/ASEP FATHULRAHMAN
Warga duduk di rumahnya yang rusak akibat diguncang gempa di Kampung Karoya, Mandalawangi, Pandeglang, Banten, Sabtu (3/8/2019). Menurut data BPBD Banten satu orang meninggal dan sebanyak 112 rumah rusak berat dan ringan dengan rincian di Lebak sebanyak 12 rumah, di Pandeglang 91 rumah, dan di Serang 9 rumah rusak akibat gempa berkekuatan 7,4 SR yang terjadi Jumat (2/8) malam.
3/8/2019, 17.41 WIB

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengatakan jumlah korban jiwa akibat gempa bumi bermagnitudo 6,9 di Banten mencapai empat orang. Sebanyak dua orang berasal dari Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, dan dua orang lainnya dari Kabupaten Lebak, Banten.

Plh Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Agus Wibowo menyampaikan, keempat korban jiwa meninggal karena serangan jantung dan kelelahan saat proses evakuasi.

Dua korban di Lebak sudah terkonfirmasi atas nama Rasinah (48 tahun) karena serangan jantung dan Salam (95 tahun) karena kelelahan ketika dievakuasi. "Korban terpeleset saat mengungsi dari Sukabumi adalah Ruyani (35 tahun). Yang satu belum diketahui sebabnya (Ajay, 58 tahun)," kata Agus saat konferensi pers di Gedung Graha BNPB, Sabtu (3/8). 

(Baca: Gempa Banten, Kemensos Kerahkan Kampung Siaga Bencana dan Tagana)

Ia memastikan tidak ada gelombang tsunami pasca gempa tersebut, meskipun sebelumnya Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan peringatan dini tsunami. Semua korban meninggal akibat faktor umur dan kepanikan.

Selain itu, sebanyak 223 unit rumah rusak akibat gempa. Untuk nilai  kerugian akibat gempa tersebut Agus tidak bisa memastikan angkanya karena belum dihitung.

Upaya ke depan yang akan terus dilakukan BNPB, yakni mensosialisasikan mengenai program desa tangguh bencana. "BNPB tidak bisa melakukan sendiri. Itu salah satu realisasi agar masyarakat tahu bagaimana merespon gempa," ujarnya.

(Baca: Mewaspadai Potensi Gempa Bumi Besar di Selat Sunda)

Ia juga menilai respon masyarakat sudah cukup bagus dalam menghadapi situasi gempa semalam. Namun, kewaspadaan harus terus dilakukan mengingat potensi lindu bisa saja terjadi kembali sewaktu-waktu.

Saat ini sudah tidak ada lagi pengungsi di wilayah terdampak karena sudah dipastikan tidak ada gempa susulan. "Yang megungsi sudah habis. Kami masih bekerja sampai Senin, menyisir apakah masih ada korban jiwa dan bangunan. Lakukan rehablitasi dan konstruksi," ucap Agus.

Sekitar pukul 21.35 WIB semalam, BMKG mencabut status peringatan tsunami dan memutakhirkan data terakhir gempa bumi menjadi magnitudo 6,9. Pusatnya terletak pada koordinat 104,75 derajat set bujur timur (BT) dan 7,32 derajat lintang selatan (LS), pada kedalaman 48 kilometer (km) di bawah permukaan laut, berjarak 164 km arah barat daya Kota Pandeglang, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten.

Pusat gempa berada di wilayah Samudra Hindia di sebelah selatan Selat Sunda. Dari lokasi dan kedalaman hiposenter, gempa bumi ini termasuk jenis dangkal akibat deformasi batuan di dalam Lempeng Indo-Australia.

Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan gempa bumi itu terjadi dengan mekanisme pergerakan naik atau akibat dari patahan naik di dalam Lempeng Indo-Australia tersebut.

Sebelumnya, tak lama setelah kejadian, BMKG menyebut gempa yang terjadi pada pukul 19:03 WIB itu bermagnitudo 7,4 dengan pusat gempat di 7,54 LS, 104,58 BT pada kedalaman 10 km.

Reporter: Verda Nano Setiawan