Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memastikan informasi terkait gempa susulan bermagnitudo 9 tidak benar. Isu itu muncul dan beredar di media massa setelah terjadinya lindu berkekuatan 6,4 skala richter (SR) di Banten, Jumat (2/8) lalu.
Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Rahmat Triyono mengatakan, kabar mengenai gempa susulan bermagnitudo 9 adalah informasi palsu atau hoaks. “Hingga saat ini belum dapat diprediksi oleh siapapun kapan dan di mana dan berapa kekuatannya," kata dia dalam siaran pers, kemarin (3/8).
Rahmat juga menjelaskan bahwa gempa bumi terjadi karena adanya deformasi batuan yang terjadi secara tiba-tiba. Sumber gempa yang terjadi di Banten sempat mengalami medan tegangan (stress).
(Baca: Warga Terdampak Gempa Banten Sudah Kembali ke Rumah)
BMKG pun sulit memperkirakan dampak lanjutan dari medan tegangan tersebut. Mengacu pada beberapa teori, gempa bumi utama memang dapat memicu gempa susulan atau aftershock.
Namun, tetap saja sulit untuk memperkirakan gempa besar dan rentetannya. "Seperti beberapa kasus gempa bumi doublet, triplet (dua atau tiga kejadian gempa bumi tektonik dalam waktu dan lokasi yang relatif berdekatan), dan seterusnya," kata Rahmat.
Karena itu, BMKG mengimbau agar masyarakat lebih bijak dalam menyaring informasi yang beredar. Ia berharap, warga mengakses informasi melalui situs resmi BMKG. Ia juga meminta masyarakat untuk tetap tenang dan waspada.
Selain itu, Rahmat berharap warga dapat melakukan mitigasi pada sebelum, saat, dan setelah terjadinya gempa bumi. "Siapkan bangunan rumah Anda sesuai dengan konstruksi aman gempa. Siapkan perabotan yang kuat dan dapat menjadi tempat perlindungan sementara saat terjadi gempa," katanya.
(Baca: Tak Ada Tsunami, BNPB Pastikan Korban Jiwa Gempa Banten Capai 4 Orang )
Adapun gempa Banten pada akhir pekan lalu mengakibatkan empat orang meninggal dunia. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengatakan, dua orang berasal dari Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, dan dua orang lainnya dari Kabupaten Lebak, Banten.
Plh Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Agus Wibowo menyampaikan, keempat korban jiwa meninggal karena serangan jantung dan kelelahan saat proses evakuasi.
Dua korban di Lebak sudah terkonfirmasi atas nama Rasinah (48 tahun) karena serangan jantung dan Salam (95 tahun) karena kelelahan ketika dievakuasi. "Korban terpeleset saat mengungsi dari Sukabumi adalah Ruyani (35 tahun). Yang satu belum diketahui sebabnya (Ajay, 58 tahun)," katanya, kemarin (3/8).
(Baca: Pasca Gempa Banten, Telkomsel Pastikan Layanannya Berjalan Normal)