Empat Subsektor Ekonomi Kreatif Potensial di Kalimantan Timur

Katadata/Desy Setyowati
Batik Vi ketika mengikuti pameran bertajuk 'Karya Kreatif Indonesia 2018' di Jakarta Convention Center (JCC), Senayan, Kamis (20/7). Ada empat subsektor ekonomi kreatif yang dinilai potensial untuk dikembangkan di Kalimantan Timur.
27/8/2019, 15.16 WIB

Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengumumkan ibu kota negara pindah ke Kalimantan Timur, kemarin (26/8). Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) dan Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Kemenkop UKM) menyebutkan ada empat subsektor ekonomi kreatif yang potensial untuk dikembangkan di wilayah itu.

Kepala Bekraf Triawan Munaf mengatakan, pada dasarnya setiap wilayah di Indonesia memiliki potensi bisnis di bidang ekonomi kreatif. Namun, seiring dengan rencana pemerintah memindahkan ibu kota dari Jakarta ke Kalimantan Timur, maka pembangunan kantor akan meningkat.

Karena itu, menurutnya arsitektur dan desain interior akan berkembang di Kalimantan Timur. “Keduanya ada di bawah Bekraf. Mereka di awal-awal (pemindahan) ini akan sangat sibuk selama beberapa tahun ke depan,” kata dia di Jakarta, Selasa (27/8).

(Baca: Omzet Miliaran Batik Vi dari Bisnis Perhiasan dan Kain Khas Balikpapan)

Selain itu, menurut dia, subsektor kuliner akan berkembang di wilayah tersebut. Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian sempat menyebutkan bahwa kuliner berkontribusi 56% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) ekonomi kreatif selama ini.

Pada kesempatan yang sama, Sekretaris Kemenkop UKM Rully Indrawan mengatakan, kriya cukup berkembang di Kalimantan Timur. “Ada tanaman purun tikus yang tumbuh di sana. Selama ini, tanaman itu diolah menjadi tikar saja,” kata dia.

Padahal, menurutnya tanaman itu bisa diolah menjadi beragam produk yang harga jualnya lebih tinggi ketimbang tikar. Ia mencontohkan, tanaman itu bisa dibuat menjadi tas, atau dompet. “Ada potensi di sana yang bisa kami kembangkan terus,” katanya.

Salah satu Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) asal Kalimantan Timur yang mengembangkan purun tikus adalah Batik Vi. Pegi, adik pemilik Batik Vi mengatakan bahwa tanaman ini harus diolah pada malam hari. Sebab, purun tikus akan mengeras saat suhu udara panas.

UMKM asal Balikpapan, Kalimantan Timur ini pun memasarkan produknya ke luar negeri seperti Amerika Serikat (AS). Ia pun menetapkan harga Rp 500 ribu hingga Rp 1 juta untuk tas besar maupun kecil (clutch). Sedangkan kain dan pakaian dibanderol Rp 1 - 5 juta per lembar.

Untuk kain, Batik Vi mengembangkan batik motif Etlingera Balikpapanensis. Tumbuhan sejenis jahe ini ditemukan ahli botani asal Denmark, Axel Dalberg Poulsen di Hutan Lindung Sungai Wain, Kalimantan Timur.

"Tahun lalu saja omzet kami Rp 1 miliar. Setiap tahun selalu naik," ujar Pegi di sela pameran bertajuk 'Karya Kreatif Indonesia 2018' di Jakarta Convention Center (JCC), Senayan, pada  Juli 2018.

(Baca: Ibu Kota Negara Pindah ke Kaltim, Bagaimana Nasib Pembangunan Jakarta?)

Reporter: Cindy Mutia Annur