Menteri Koordinator Bidang Kemartimin Luhut Binsar Pandjaitan berharap masyarakat Indonesia tidak pesimistis terkait wacana pemerintah memindahkan ibu kota dari Jakarta ke Kalimantan Timur. Pemerintah sudah melakukan perencaan matang guna merealisasikan perpindahan tersebut.
"Saya kira kita jangan terus pesimistis. Karena studi yang dilakukan Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (Bappenas) sudah cukup dalam mengenai," kata Luhut di Gedung Kementerian Kemaritiman, Jakarta, Selasa, (27/8).
Seperti yang sempat dijelaskan Presiden Joko Widodo saat menentukan perpindahan ibu kota, Luhut juga menyinggung nasib Jakarta ke depan. Menurutnya, Jakarta kelak bisa dikembangkan sebagai pusat bisnis dan ekonomi seperti halnya di beberapa negara maju, seperti New York di Amerika Serikat dan Sydney di Australia.
(Baca: Ibu Kota Negara akan Pindah, Bank Dunia Anggap Keputusan Jokowi Tepat)
"Washington seperti di Penajam, Kalimantan Timur (Kaltim). Bisa juga seperti di Australia dengan kota Canberra-nya sepi karena itu hanya ibukota, tapi Sydney ramai," ujar Luhut.
Ia juga menuturkan, kepindahan ibu kota ke Penajam dan Kutai Kertanegara, Kalimantan Timur, bakal menjadikan Jakarta tak lagi sepadat sekarang.
Selian itu, kendati Jakarta akan difokuskan sebagai pusat bisnis, ketika pemerintahan dipindahkan ke Kalimantan, semuanya masih bisa saling terhubung dengan perangkat teknologi. "Nanti smart city, sehingga tidak harus hadap-hadapan. Pemerintah juga harus banyak menggunakan artifisial intelegent," katanya.
Penerapan Smart City menurutnya akan berimplikasi dengan kehidupan para generasi 20 tahun mendatang. Meski begitu dia tidak memungkiri kebijakan ini akan menuai pro dan kontra. Dia menganggap hal itu suatu hal yang biasa dalam menjalankan kebijakan di suatu negara.