Mantan Ajudan Kenang Habibie Sebagai Sosok yang Egaliter

ANTARA FOTO/Audy MA
FOTO DOKUMENTASI. Presiden B.J.Habibie mengacungkan telunjuknya sambil berguyon pada pidatonya tentang RAPBN, di hadapan para anggota MPR/DPR, di Jakarta, Senin (4/1/1999). Habibie wafat pada Rabu (11/9). Mantan ajudannya mengungkapkan Habibie sebagai sosok yang egaliter.
Penulis: Dimas Jarot Bayu
Editor: Ratna Iskana
12/9/2019, 18.58 WIB

TB Hasanudin sebagai mantan ajudan Presiden ketiga RI, ingat betul dengan sosok Bacharudin Jusuf Habibie. Baginya, Habibie adalah sosok yang patut diteladani.

Salah satu teladannya adalah sikap egaliter. Pria kelahiran Pare-pare, Sulawesi Selatan itu, lanjut Hasanudin, tak pernah segan berdiskusi dengan siapapun, bahkan bawahannya sendiri.

“Beliau berani mengajak saya duduk, makan bareng, dan diskusi tentang apa saja. Itu saya terkagum-terkagum,” kata Hasanudin di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta, Kamis (12/9).

Makanya di mata Hasanudin, Habibie bukanlah orang sembarangan. Pada tahun 1998, Habibie masih menjadi Kepala Negara. Tapi Habibie mau berdiskusi dengan Hasanudin mengenai masalah dwifungsi ABRI.

(Baca: Putra Sulung Habibie Harapkan Sosok Ayahnya Jadi Teladan Indonesia)

Kala itu, diskusi dengan Habibie tak kunjung usai hingga larut malam. Hasanudin pun berupaya menyudahi diskusi tersebut.

“Pak Habibie harus istirahat. Ya sudah saya sampaikan begini, 'Pak, mungkin Bapak yang benar pendapatnya',” kata Hasanudin.

Hanya saja, Habibie tak puas dengan itu. Dia lantas kembali mencari tahu mengenai dwifungsi ABRI di ruang bacanya.

Setelah beberapa lama membaca berbagai buku, Habibie pun meminta Hasanudin menemuinya. Hal itu dilakukan Habibie hanya untuk menyampaikan bahwa pendapat Hasanudin yang benar berdasarkan berbagai rujukan.

“Itu ada bacaan dari bahasa Perancis, Inggris, dan sebagainya. Itu buat saya sangat terkesan, seorang pemimpin masih mau mendengar dari bawahannya,” kata Hasanudin.

(Baca: Putra Sulung Habibie: Bapak Meninggalkan Dunia dengan Rasa Cinta)

Tak hanya Hasanudin yang menyatakan Habibie sebagai sosok yang egaliter. Putra sulungnya, Ilham Akbar Habibie juga menyatakan hal serupa.

Menurut Ilham, Habibie merupakan sosok yang terbuka kepda semua pihak. Dia berupaya merangkul dan tidak membedakan siapapun yang bertemu dengannya.

Ilham menilai Habibie selalu memandang positif semua orang. Dia juga berupaya mengelola berbagai hal yang kurang baik dari orang lain.

Sikap Habibie tersebut, kata Ilham, tak hanya diterapkan kepada bangsa Indonesia. “Itu dilihat seluas-luasnya di dunia ini. Bapak punya jejak, punya wasiat di Jerman, Amerika, Inggris, Jepang, China, Perancis, Arab Saudi, Turki, dan banyak lagi,” kata Ilham.

(Baca: Habibie & Ainun, Potret Kisah Cinta Sang Presiden Ketiga)

Reporter: Dimas Jarot Bayu