Ketua Umum Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Ansor Yaqut Cholil Qoumas bertemu dengan Paus Fransiskus di Vatikan, Rabu (25/9) pagi. Gus Yaqut yang ditemani para pengurus GP Ansor berbincang dengan Paus Fransiskus terkait upaya menciptakan kondisi damai di dunia.
"Kami membawa misi mendukung dokumen Human Fraternity for World Peace and Living Together yang didengungkan Paus Fransiskus dengan Grand Syekh Al-Azhar. Sekaligus menyampaikan dokumen GP Ansor Declaration on Humanitarian Islam,” kata Yaqut, dikutip dari siaran pers, Kamis (26/9).
Pria yang akrab disapa Gus Yaqut ini menjelaskan, deklarasi GP Ansor tersebut memuat seruan untuk membangun konsensus global demi mencegah agama, khususnya Islam, sebagai senjata politik. Agama, lanjutnya, seharusnya menjadi solusi perdamaian dan bukan sumber konflik.
(Baca: Angkat Toleransi, Film Bumi Itu Bulat Bakal Tayang di Malaysia)
"Humanitarian Islam ini juga dimaksudkan untuk memupus maraknya kebencian komunal melalui perjuangan untuk mewujudkan tata dunia yang ditegakkan di atas dasar perhormatan terhadap kesetaraan hak dan martabat bagi setiap manusia," katanya.
Kepada Paus Fransiskus, Gus Yaqut, menyampaikan GP Ansor mendukung toleransi dan keharmonisan kehidupan beragama di Indonesia. Termasuk dalam menjaga kegiatan keagamaan umat Katolik di Indonesia.
Dalam pertemuan tersebut Paus Fransiskus, berpesan agar umat beragama selalu menjaga persaudaraan. Paus juga menegaskan kembali agar sesama umat beragama hidup berdampingan dalam damai.
"Saya doakan Anda. Anda doakan saya. Kita bersaudara. I pray for you, you pray for me, we are brothers,” kata Gus Yaqut menirukan Paus Fransiskus.
(Baca: Disebut Organisasi Sesat, PBNU Minta Dubes Arab Saudi Dipulangkan)
Paus Fransiskus dan Grand Syekh Al-Azhar, Mesir, Ahmad Muhammad Ahmad Al-Thayyeb telah menandatangani sebuah dokumen bersejarah, yaitu Dokumen Persaudaraan Manusia untuk Perdamaian Dunia dan Hidup Bersama. Dokumen itu dideklarasikan dalam sebuah Pertemuan Persaudaraan Kemanusiaan di Uni Emirat Arab (UEA) pada awal Februari lalu.
Dokumen tersebut mendorong seluruh pemimpin dunia untuk bekerja sama dalam menyebarkan budaya toleransi, mencegah pertumpahan darah, dan menghentikan peperangan.
Dalam dokumen itu juga tercantum kecaman terhadap pihak-pihak yang menggunakan nama Tuhan untuk membenarkan aksi-aksi kekerasan, radikalisme, atau terorisme yang dilakukannya.
Dokumen yang ditandatangani dua tokoh besar lintas agama itu berupaya mendorong agar manusia lintas iman di seluruh dunia memiliki hubungan yang lebih kuat, berdampingan, dan saling menghargai.