Jalan Santai, Imam Masjid Istiqlal & Ma'ruf Amin Bahas Toleransi Agama

ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso
Wakil Presiden Maruf Amin (empat kiri) bersama Imam Besar Masjid Istiqlal KH. Nasaruddin Umar (tiga kiri) mengikuti jalan santai Antar Iman di Jalan MH Thamrin, Jakarta, Minggu (17/11/2019). Kegiatan Jalan santai yang diikuti warga lintas agama dan keyakinan itu bertujuan untuk menumbuhkan toleransi dan merawat kebhinekaan.
Editor: Ekarina
17/11/2019, 13.09 WIB

Imam Besar Masjid Istiqlal, Nasaruddin Umar menemani Wakil Presiden RI Ma'ruf Amin dalam kegiatan jalan sehat lintas agama (interfaith walk) di kawasan Sarinah, Jakarta Pusat, Minggu (17/11). Di sela kegiatannya, Nasaruddin diminta wapres untuk menyelesaikan sisa-sisa konflik melalui peningkatan toleransi antar umat beragama. 

"Sekitar 30 menit kami berdiskusi bagaimana menyelesaikan sisa-sisa konflik dengan cara yang seperti ini (toleransi beragama). Beliau sangat mengapresiasi bahwa nanti ke depan bisa kita lakukan yang lebih masif," ujarnya. 

Menurut dia, dengan menyatukan keberagaman beragama yang dianut warga Indonesia bisa menjadi contoh bagi negara lain. Pasalnya, berbagai narasi negatif yang muncul di masyarakat berpotensi memecahbelah bangsa.

(Baca: Menag Sebut Belajar Agama Lewat Medsos Rawan Jadi Intoleran)

Karena itu, ke depan, keduanya sepakat edukasi tentang kerukunan umat bergama juga akan digelar di berbagai daerah di seluruh Indonesia. "Inshaa Allah kalau ini bisa dilakukan menjadi trend setter bukan hanya Indonesia, tetapi negara lain juga bisa melakukan. Jadi kita memulai di Indonesia seperti ini," kata dia.

Salam Lintas Agama

Nasaruddin juga mengomentari mengenai Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) terkait imbauan penjabat tak menggunakan salam lintas agama.

Menurutnya, fatwa tersebut harus dilihat dari substansinya. Fatwa tersebut digagas untuk menciptakan kerukunan umat beragama tanpa melanggar aturan agama. 

Meski begitu, masyarakat harus meninggalkan narasi negatif dan memperkuat narasi kerukunan. "Semua pihak harus membatasi diri dalam memberikan suatu pernyataan tanpa harus memagari kebebasan publik untuk berpendapat," kata dia.

(Baca: Polemik Salam Lintas Agama, Yennny Wahid: Tak Ada Salahnya Menghormati)

Sebelumnya, salam beda agama yang dicapkan pejabat saat membuka sebuah pidato sempat menjadi polemik lantaran dianggap tidak baik mencapuradukkan ibadah agama yang satu dengan yang lain oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Timur. Hal itu diatur pada surat imbauan bernomor 110/MUI/JTM/2019.

Ketua MUI Jawa Timur, KH Abdusshomad Buchori membenarkan hal itu. Umat muslim ketika saling bertemu mengucapkan Assalamualaikum yang berarti semoga Allah mencurahkan keselamatan pada kalian. Sementara, agama lain punya salam dan arti yang berbeda.

"Kalau Gubernur Bali ya dia pakai salam Hindu. Karena salam itu sebagai ibadah menyangkut Tuhan dan agamanya masing-masing," kata Kiai Somad sapaan akrabnya dikutip dari Detik.com, Minggu (10/11).

Reporter: Tri Kurnia Yunianto