Presiden Joko Widodo telah resmi mengumumkan tujuh nama staf khusus baru yang akan mendampinginya di pemerintahan periode kedua 2019-2024. Staf khusus tersebut merupakan anak-anak muda atau milenial dengan rentang usia yang masih muda.
Jokowi berharap dengan adanya staf khusus baru dari kalangan milenial dapat mengembangkan berbagai inovasi. Selain itu, peran dari staff khusus juga diharapkan dapat menjadi teman diskusi Jokowi agar membuat gagasan baru untuk periode kedua ini.
Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO) Dedi Kurnia Syah Putra mengatakan pemilihan staf khusus milenial merupakan wewenang dan hak dari seorang Presiden. Meski begitu, menurutnya jumlah staf khusus yang masuk kapasitasnya tidak akan mempengaruhi kebijakan dari seorang Presiden.
(Baca: 7 Staf Milenial di Ring 1 Jokowi)
Pasalnya, keberadaan dari staf khusus tersebut selebihnya hanya memberi masukan kepada Presiden. Hal itu juga masih menunggu perlu atau tidaknya Presiden untuk bertemu para staf khususnya untuk berdiskusi. "Maka itu, menurut saya tidak terlalu krusial," kata dia saat ditemui di diskusi di Jakarta, Sabtu (23/11).
Menurutnya, para staf khusus tersebut justru lebih banyak merupakan seseorang yang mempunyai relevansi atas kemenangan Jokowi dalam pilpres kali ini. Hanya saja, pihaknya melihat bahwa tingkat kepentingan Jokowi mengangkat nama tersebut hanya ingin mengakomodir tokoh-tokoh milenial serta lintas generasi.
"Kalau dilihat dari skema yang ada,mereka tidak punya kewengan eksekusi artinya staf khsusus diperlukan hanya untuk rekan diskusi," kata dia.
(Baca: Putri Tanjung Jadi Staf Jokowi, CT Merapat Pemerintah ?)
Presiden, kata Dedi, sebenarnya juga sudah mempunyai pembantu dari berbagai lintas sektor. Misalnya seperti Kementerian dan KSP, maka dari itu yang diperlukan presiden menurutnya bukanlah sebuah tatanan teknis. Staf khusus dibutuhkan untuk membantu menteri.