Badan Narkotika Nasional (BNN) tengah mengevaluasi peningkatan narkoba di ibu kota baru Indonesia yakni Kalimantan Timur. Deputi Pemberantasan BNN Irjen Arman Depari mengatakan, penyelundupan narkoba di wilayah itu masuk melalui jalur laut ke Kalimantan Utara.
Amran mengatakan, Kalimantan Utara sempat menjadi bagian dari Kalimantan Timur. "Kami sedang evaluasi apakah ada kaitannya dengan rencana pemindahan ibu kota Indonesia," kata dia di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Kemenko Polhukam), Jakarta, Kamis (5/12).
Sejauh ini, BNN telah menggagalkan penyelundupan 100 kilogram (kg) narkoba ke Kalimantan Timur. Menurutnya, jumlah tersebut tidak biasa untuk satu daerah yang bukan wilayah industri atau pariwisata.
Ia mencatat, tren peningkatan narkoba di ibu kota baru itu terjadi sejak Juni lalu. Di satu sisi, pemerintah mulai serius membahas pemindahan ibu kota negara ke Kalimantan sejak Maret lalu.
Karena itu, ia mengkaji keterkaitan hal ini dengan peningkatan penyelundupan narkoba di wilayah itu. (Baca: Istana Tak Sepakat Wacana Pembubaran BNN)
Jenis narkoba golongan satu yang beredar di Kalimantan Timur meliputi ganja (cannabis sativa), shabu (methamphetamine), dan ekstasi (amphetamine). Mayoritas narkoba tersebut berasal dari Laos, Thailand, dan Myanmar.
Ini artinya, penyelundup narkoba tersebut melibatkan jaringan lokal dan internasional. Jaringan lokal umumnya berasal dari daerah tujuan penyelundupan atau pemasaran narkoba, dalam hal ini asal Kalimantan, Sulawesi, dan Sumatera.
"Mungkin juga menyebar terus ke Jawa Timur dan Jakarta," ujar dia. (Baca: Bos Softbank Dikabarkan Tertarik Danai Pemindahan Ibu Kota RI)
Sedangkan jaringan internasional berasal dari sumber narkoba tersebut yakni Myanmar, Laos, dan Thailand. Ia menambahkan, sindikat internasional umumnya tidak pernah berasal dari satu negara saja.
Bila ada bukti konsisten dan signifikan dari tindak pidana asal, BNN akan menindaklanjuti sindikat dengan tindak pidana pencucian uang (TPPU).
Ia berharap, langkah ini dapat melumpuhkan pergerakan sindikat. Sebab, para sindikat kerap memakai uangnya untuk mengoperasikan dan mempengaruhi orang lain guna melancarkan bisnis.
Hingga saat ini, penyelundupan narkoba paling banyak terjadi di pantai timur Sumatera, yaitu Aceh, Sumatera Utara, Riau, dan Kepulauan Riau. (Baca: Jadikan Ibu Kota Baru Ikon Dunia, Pemerintah Permak Teluk Balikpapan)