Sjafrie Sjamsoeddin, Pengawal Soeharto yang Jadi Penasihat Prabowo

TWITTER @sjafriesjams
Menteri Pertahanan Prabowo Subianto menunjuk Letjen TNI (Purn) Sjafrie Sjamsoeddin sebagai penasihat khusus di Kementerian Pertahanan.
Penulis: Hari Widowati
31/12/2019, 16.36 WIB

Menteri Pertahanan Prabowo Subianto menunjuk Letjen TNI (Purn) Sjafrie Sjamsoeddin sebagai penasihat khusus di Kementerian Pertahanan. Sjafrie dinilai memiliki pengalaman sebagai wakil menteri pertahanan dan sekjen Kementerian Pertahanan sehingga layak menempati jabatan tersebut.

Seperti dikutip Antara, Staf Khusus Menteri Pertahanan Bidang Komunikasi Publik dan Hubungan Antarlembaga, Dahnil Anzar Nasution, mengatakan kapasitas Sjafrie di bidang militer dibutuhkan untuk memberikan berbagai masukan dan membantu tugas Prabowo sebagai menhan. Sjafrie tercatat sebagai sekjen Dephan pada 2005 di bawah kepemimpinan Menhan Juwono Sudarsono dan era pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Pada periode 2010-2014, ia menjadi wamenhan. Pada saat itu, atasan Sjafrie adalah Purnomo Yusgiantoro.

Berikut ini profil Sjafrie Sjamsoeddin yang kami rangkum dari berbagai sumber. Sjafrie adalah pria kelahiran Makassar, 30 Oktober 1952. Ia teman satu angkatan Prabowo di Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Akabri) dan lulus pada 1974. Ia kemudian mengawali kariernya di Komando Pasukan Khusus (Kopassus) pada 1975.

Selama bertugas sebagai tentara, Sjafrie memiliki karier cemerlang. Ia tercatat pernah menjadi Komandan Peleton Grup 1 Komando Pasukan Sandi Yudha (Kopassandha), Komandan Nanggala X Timor-Timur (1976), Komandan Nanggala XXI Aceh (1987), Komandan Tim Maleo Irian Jaya (1987), Satgas Kopassus Timor-Timur (1990), Komandan Grup Paspampres, dan Danrem-061/Surya Kencana (1995). Sebagaimana dilansir Tirto.id, Sjafrie kemudian menjabat sejumlah jabatan seperti Kasgartap-1 Ibu kota (1996), Kasdam Jaya (1996), Pangdam Jaya (1997), Aster Kasum TNI (1998), Sahli Polhukam Panglima TNI (1998), Koorsahli Panglima TNI (2001), Kapuspen TNI (2002), Sekjen Dephan (2005), dan wamenhan (2010).

(Baca: Prabowo Tarik Sjafrie Sjamsoeddin Sebagai Penasihat Khusus Menhan)

Pengalaman Menegangkan saat Mengawal Soeharto

Seperti dikutip dari Kompas, Sjafrie juga pernah bertugas sebagai pengawal pribadi Presiden Soeharto dalam banyak kunjungan ke luar negeri, antara lain ke Malaysia, Singapura, Amerika Serikat (AS), Filipina, Srilanka, Jepang, Korea, Spanyol, India, Denmark, Bosnis, Kroasia, dan Jerman. Seperti ditulis di laman pribadinya sjafriesjamsoeddin.id, Sjafrie menghadapi pengalaman menegangkan saat mengawal Presiden Soeharto dalam kunjungan ke Sarajevo, Bosnia pada 1995.

Sjafrie mendapat kabar bahwa pada saat itu pesawat yang mengangkut utusan khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Yasushi Akashi, ditembaki saat hendak ke Bosnia. Dalam penerbangan dari Zagreb ke Sarajevo, Soeharto tidak mau mengenakan rompi anti peluru dan helm. Padahal, semua penumpang pesawat mengenakannya sebagai antisipasi terhadap serangan sniper (penembak jitu). "Ini tempat duduk, di bawahnya sudah dikasih antipeluru, belum?" kata Soeharto kepada Sjafrie, seperti dikutip dari buku Soeharto: The Untold Stories.

Sjafrie menjawab, semua bagian sudah ditutup dengan antipeluru, termasuk bagian samping. Namun, Soeharto belum tentu aman karena tak mengenakan rompi antipeluru dan helm. Akhirnya, Sjafrie duduk di kursi yang terletak di depan Soeharto sambil memegang rompi antipeluru seberat 12 kg dan helm tersebut. "Nanti helmnya dimasukkan ke Taman Mini, ya, ke Museum Purna Bhakti," kata Soeharto.

Pesawat yang ditumpangi Soeharto dan rombongan berhasil mendarat dengan mulus. Sebelum mendarat, Sjafrie sempat melihat ada senjata laras panjang dengan peluru kaliber 12,7 mm yang mengikuti pergerakan pesawat yang ditumpanginya. Senjata itu biasa digunakan untuk menembak jatuh pesawat terbang.

Enam jam kemudian, Sjafrie diberitahu bahwa tadi pesawat yang membawanya melewati 'Sniper Valley' karena di lembah itu banyak penembak jitu bersembunyi. Pada saat itu Bosnia memang menjadi wilayah konflik yang berada di bawah pengawasan PBB pasca Perang Bosnia-Herzegovina (1992-1995).

(Baca: Prabowo Kunjungi Tiongkok, Ini Lima Alutsista Andalan Negeri Panda)

Pernah Diprotes saat Jadi Sekjen Dephan

Ketika Sjafrie ditunjuk menjadi Sekjen Dephan pada 2005, para aktivis hak asasi manusia (HAM) melakukan unjuk rasa menolak pengangkatannya. Ia dianggap bertanggung jawab atas terjadinya pelanggaran HAM dalam kerusuhan Mei 1998 di Jakarta menjelang lengsernya Soeharto.

Namun, unjuk rasa tersebut tidak banyak berpengaruh. Karier Sjafrie justru terus menanjak hingga meraih bintang tiga dan menduduki jabatan wamenhan di era Presiden SBY. Seperti dikutip dari Merdeka, Sjafrie membenahi pengadaan alat utama sistem persenjataan (alutsista) pada saat ia menjabat sebagai Sekjen Dephan. Ia membentuk sebuah tim di dalam departemen di mana keputusan pengadaan alutsista dibahas oleh Dealing Center Management.

(Baca: Ledakan di Monas, Menhan Prabowo Tunggu Hasil Investigasi Polisi)

Suami dari Etty Sudiyati ini juga pernah bertugas sebagai Ketua Delegasi Indonesia dalam kegiatan Kerja Sama Internasional di bidang pertahanan pada 2005-2014. Ia juga dipercaya menjadi wakil ketua Dewan Pembina Pusat Kajian Strategi Nasional (PPSN). Tahun lalu, ia dipercaya menjadi wakil ketua pelaksana Indonesia Asian Games (INASGOC). Pada kampanye Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019, Sjafrie adalah salah satu pendukung pasangan calon nomor urut 02, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.

Reporter : Destya Galuh Ramadhani (Magang)