Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset dan inovasi Nasional mengusulkan enam produk unggulan yang secara fokus dikembangkan menjadi prioritas pemerintah. Salah satu produk tersebut yakni bahan bakar nabati atau green fuel.
Menristek/Kepala BRIN Bambang Brodjonegoro mengatakan, produk iniberbeda dengan biodiesel yang menggunakan minyak kelapa sawit. Sebab, bahan baku untuk green fuel berasal dari minyak inti sawit yang diproses menggunakan katalis atau zat yang dapat mempercepat reaksi kimia.
“Dari minyak inti sawit itu dengan katalis bisa menghasilkan tiga jenis bahan bakar, yaitu bensin, diesel, avtur,” ujar Bambang di Kantor Presiden, Jakarta, Kamis (6/2).
(Baca: Minyak Sawit Diklaim Bisa Atasi Masalah Gizi Buruk dan Stunting)
Untuk mendorong green fuel, pemerintah berencana membangun pabrik minyak nabati industrial di Musi Banyuasin, Sumatera Selatan dan Pelalawan, Riau. Selain itu, PT Pupuk Kujang bersama PT Pertamina dan ITB akan membangun pabrik katalis pada 2020.
Ke depannya, pemerintah juga berencana membangun pabrik bensin sawit. “Mulai dari skala percontohan sampai komersial,” kata Bambang.
Dengan rencana tersebut, pemerintah menargetkan dapat memproduksi green fuel dalam skala besar pada 2022. Jika nanti beroperasi penuh, green fuel ini diharapkan bisa menutup separuh kebutuhan BBM di Indonesia.
Berdasarkan data British Petroleum (BP), pada 2018 konsumsi minyak mencapai 1,8 juta barel per hari. “Separuh kebutuhan BBM kita bisa ditutup nantinya. Separuh lagi kan kita masih punya produksi minyak lokal,” kata dia.
Selain green fuel, produk lainnya yang bakal diprioritaskan adalah pesawat nirawak atau drone Puna Male Elang Hitam. Menurut Bambang, drone Elang Hitam akan dipercepat produksinya pada 2022.
Percepatan produksi itu melihat kebutuhan menjaga keamanan di perbatasan. Sebab, kemandirian teknologi dalam pertahanan merupakan hal penting.
"Kemudian melihat kesiapan, baik desain maupun manufakturnya," ujarnya.
Ada pula produk stem cell untuk pengobatan patah tulang hingga produk stem cell untuk mencegah penuaan.
(Baca: Menilik Komoditas Kopra hingga Kemiri Sunan yang Diolah Jadi Bioavtur)
Bambang mengatakan, produk kesehatan lainnya yang diprioritaskan adalah terkait implan tulang. “Untuk ganti tulang yang hilang, dibuat dari titanium. Ini didesain oleh BPPT dan sudah diproduksi perusahaan di Surabaya,” kata Bambang.
Produk inovasi lain yang diusulkan menjadi prioritas yakni garam industri terintegrasi. Menurut Bambang, BPPT telah mendesain mesin produksi yang dapat mengubah garam dengan kandunhan NaCl rendah menjadi berskala garam industri.
Dengan demikian, garam tersebut dapat dibeli dengan harga yang lebih baik. “Sudah ada pabrik pilot di Gresik dan Presiden menugaskan agar pabrik ini diperbanyak di daerah lain, terutama yang banyak petani garamnya,” katanya.
Selanjutnya, Kementistek/BRIN mengusulkan produk makanan kaleng yang bisa diolah dengan teknologi tanpa bahan kimia. Produk ini didorong agar bisa juga membantu pengembangan UMKM dalam negeri.
Produk terakhir yang diusulkan adalah kapal flat datar. Menurut Bambang, kapal ini memiliki ukuran yang lebih besar, namun lebih murah ketimbang kapal pada umumnya.
Selain itu, produksi kapal flat datar lebih cepat karena hanya memakan waktu 60 hari. “Kapal ini sudah diuji hadapi gelombang tinggi. Jadi bisa dipakai untuk keperluan transportasi antarpulau juga,” ucapnya.