Kiat Orangtua Mengatasi Kecemasan Anak di Tengah Pandemi Corona

ANTARA FOTO/Ahmad Subaidi/aww.
Sejumlah anak bermain menggunakan kolam renang mainan di rumahnya di Kelurahan Ampenan Tengah, Mataram, NTB, Minggu (5/4/2020). Pemerintah mengimbau masyarakat untuk bekerja dan belajar dari rumah saja serta tak menyalahgunakan hal tersebut untuk pergi berlibur guna mencegah penularan virus corona jenis baru yang menimbulkan penyakit COVID-19.
6/4/2020, 13.24 WIB

Pandemi virus Corona telah memasuki bulan kelima persebarannya sejak muncul pertama kali di Wuhan pada akhir tahun lalu. 183 negara telah terdampak menurut data John Hopkins University & Medicine per 6 April. Total 1.274.923 jiwa positif mengidap virus Corona di seluruh negara itu. Korban terbanyak datang dari Amerika Serikat dengan 337.620 jiwa. Disusul Spanyol dengan 131.646 jiwa, lalu Italia dengan 128,948 jiwa.

Sementara jumlah kematian di seluruh dunia akibat Corona adalah 69.498 orang. Kematian tertinggi di Italia, sebanyak 15.887 orang. Disusul Spanyol sebanyak 12.641 orang, lalu Perancis dengan 8.078 orang.  Angka kematian di tiga negara teratas itu hampir selaras dengan dampak intervensi terhadap virus Corona dalam riset Imperial College Covid-19 Response Team pada 31 Maret lalu. 

Selengkapnya bisa dilihat di Databoks berikut:

(Baca: Dunia Berebut APD Corona, Larangan Ekspor Hingga Pembajakan Masker)

Besarnya jumlah korban Corona telah mengakibatkan kecemasan pada banyak orang. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pun telah mengingatkan bahaya kecemasan di tengah Corona melalui situs resminya, Who.int. Kecemasan berlebih bisa membuat kesehatan seseorang terganggu dan terkena psikosomatik.

WHO menyatakan kecemasan bukan hanya menimpa orang dewasa, tapi juga anak-anak dan remaja. Mereka mengalaminya lantaran turut melihat kecemasan yang dialami orang dewasa di sekitarnya. Namun, tak seperti orang dewasa yang telah terbiasa meredakan kecemasannya sendiri dan cukup mudah mengakui sedang cemas, anak-anak dan remaja cenderung tak menyadari kondisinya. Hal ini bisa berakibat buruk kepada kesehatan fisik mereka bila dibiarkan.

Lalu bagaimana cara mengetahui seorang anak sedang cemas? Centre for Disease Control and Prevention (CDC) menyatakan teradapat beberapa kondisi umum yang menunjukkan seorang anak dan remaja sedang mengalami kecemasan.

Pertama, menangis hebat dan mengalami iritasi pada balita. Kedua, mengulangi kebiasaan yang telah hilang seiring bertambahnya usia, seperti mengompol. Ketiga, kesedihan dan ketakutan berlebih.

Keempat, kebiasaan makan dan tidur yang tak sehat. Kelima, performa di sekolah menurun atau menjadi tak konsentrasi menerima pelajaran. Keenam, menghindari kegiatan yang menyenangkan bagi mereka di waktu sebelumnya. Ketujuh, sakit kepala dan nyeri di tubuh yang tak bisa dijelaskan. Kedelapan, mengonsumsi alkohol dan merokok pada remaja.

Saat dua atau lebih kondisi tersebut terjadi pada seorang anak dan remaja, maka besar kemungkinan mereka sedang mengalami kecemasan. Sehingga, menurut CDC, perlu mendapat perhatian khusus dari orangtua.

Guna mengatasi kondisi tersebut, menurut UNICEF orangtua bisa melakukan beberapa cara berikut:

Tetap Tenang dan Proaktif

Orangtua harus bersikap tenang di depan anak. Termasuk dalam menjelaskan tentang Covid-19. Caranya dengan mengatakan bahwa bukan hanya anak mereka yang bisa terkena Corona, melainkan juga anak-anak lain. Dengan begitu mereka akan tak merasa terancam sendirian. Begitupun orangtua bisa mengatakan bahwa Covid-19 bisa dicegah, yakni dengan mencuci tangan dengan sabun secara rutin dan memakai masker.

Selain itu, orangtua harus proaktif menanyakan kondisi anak mereka setiap waktu. Terutama berkaitan dengan kondisi kesehatan yang mengarah kepada gejala Corona. Atau meminta anak terbuka kepada mereka apabila merasa kondisi fisiknya tak nyaman.

Memberi Rutinitas

Seorang anak membutuhkan kegiatan. Tiba-tiba berhenti melakukan apapun akan membuat mereka cemas dan stres. Maka, orangtua dianjurkan membuat jadwal rutinitas yang bisa mereka kerjakan. Seperti jam bermain, jam ngobrol dan jam menonton televisi. Semuanya lebih baik dilakukan berdampingan dengan orangtua. Penting juga untuk melibatkan mereka dalam kegiatan rumah tangga yang ringan. Agar mereka tetap merasa penting dan bisa mendistraksi ketakutan mereka.

Biarkan Anak Mengungkapkan Perasaannya

Selanjutnya adalah membiarkan anak mengungkapkan perasaannya. Semisal mereka merasa sedih karena tak dapat bermain dengan sebayanya, maka orangtua bisa memberi ruang bagi mereka mencurahkan perasaannya. Meskipun itu membuat mereka menangis. Selama mereka mencurahkan perasaannya, orangtua bisa memberi empati dan menghiburnya dengan nasihat yang menenangkan.

Mengajak Anak Berdiskusi

Diskusi antara orangtua dan anak penting dalam kondisi di tengah banyaknya pemberitaan Corona. Dengan begitu orangtua bisa mengetahui informasi yang didapat anak mereka tentang penyakit ini. Sehingga menghindarkan anak mendapat informasi salah yang justru berpeluang menambah kecemasan mereka.