Cara 2 Direktur Indosat Lolos dari Covid-19, Bertempur Fisik dan Batin

ANTARA FOTO/NOVA WAHYUDI
Director & Chief Innovation and Regulatory Officer Indosat Ooredoo Arief Musta'in (kiri) di Kantor Pusat Indosat Ooredoo Jakarta, Jumat (20/9/2019). Arief bersama beberapa pegawai Indosat lainnya hari Selasa (7/4) menceritakan pengalamannya usai terinfeksi virus corona Covid-19.
Penulis: Ameidyo Daud
7/4/2020, 13.40 WIB

Virus corona Covid-19 ternyata juga menyerang perusahaan telekomunikasi terkemuka yakni Indosat Ooredoo. Dua petingginya yakni Director & Chief Innovation & Regulatory Officer Indosat Arief Musta'in serta Chief Sales & Distribution Officer Indosat Hendri Mulya Syam membagikan pengalamannya usai menjadi pasien positif corona.

Bercerita dalam sebuah video conference, Selasa (7/4), Arief menceritakan perawatannya yang agak panjang menyita emosi dan tenaga. Ia sedang menjalani karantina di rumah usai 22 hari dirawat di rumah sakit.

“Saya bertempur sendiri melawan, pertama tekanan psikis, kedua adalah (tantangan) medis,” kata Arief.

(Baca: Dapat Pesangon Rp 1 Miliar per Orang, 52 Karyawan Indosat Menolak PHK)

Arief mengatakan banyak tantangan saat menjalani perawatan Covid-19 yang bisa menjadi pengalaman berarti di masa depan. Dia menceritakan bagaimana rasanya tidak dilayani petugas medis karena mereka terlalu sibuk menghadapi pasien corona yang terus berdatangan.

Belum lagi di hari masuk rumah sakit, muncul kabar delapan dokter meninggal terpapar virus corona. Ini membuat Arief harus mencari cara menjaga kondisi psikologisnya demi membangun antibodi tubuh.

“Jadi akhirnya selama di rumah sakit saya matikan televisi, tidak membaca berita karena kebanyakan (berita) negatif. Akan menjadi pressure,” kata Arief.

Namun Arief bersyukur bahwa kondisinya lambat laun berangsur membaik. Saat ini dia menunggu tes swab terakhir pada hari Senin (13/4) mendatang setelah dua kali tes dinyatakan negatif corona. Ia lalu memberikan tips bagi rekan kerja dan masyarakat dalam menghadapi pandemi ini.

“Betapa pentingnya saat ini work from home, olah raga dan sebagainya tidak kalah penting,” ujarnya.

Sedangkan Hendri dinyatakan positif pada 28 Maret lalu usai mengalami gejala corona yakni batuk kering. Tiga pekan sebelumnya, pada 7 Maret lalu, dia sempat menjenguk Arief yang dirawat dengan gejala awal Demam Berdarah Dengue.

“Tanggal 21 (Maret) saya sampaikan ke dokter bersentuhan (dengan Arief), mulasi isolasi, dan tanggal 23 swab mandiri di RSCM. Tanggal 28 (Maret) positif Covid-19,” katanya.

Hendri sempat isolasi di rumah selama dua hari sampai dengan memutuskan ke rumah sakit lantaran keluhan sakit gigi. Namun saat dirawat, kondisinya terus membaik hingga akhirnya dinyatakan negatif lima hari kemudian. “Tapi saya tetap isolasi di rumah selama 14 hari,” katanya.

(Baca: Disetujui Menkes, PSBB di DKI Jakarta Resmi Berlaku Selama 14 Hari)

Hendri mengatakan meski terinfeksi corona, kegiatan ringan yang dilakukan seperti berolahraga dan berjemur tak henti dilakukan. Dia juga meminta masyarakat tertib dan disiplin dalam memutus rantai pandemi ini.

“Disiplin seperti di Jepang, itu mungkin yang bisa dicontoh,” katanya.

Dirawat di Wisma Atlet

Kondisi sama dialami dua pegawai menengah Indosat Ooredoo yakni VP Head of Tower Corrective Maintenance & Project Indosat Achmad Chaeruman dan AVP B2C Postpaid Indosat Yudhistira Muhammad. Mereka berdua memiliki kesamaan yakni sama-sama diisolasi di Rumah Sakit Darurat Wisma Atlet Kemayoran yang merawat pasien Covid-19 dengan gejala ringan.

Yudhistira yang diisolasi sejak tanggal 27 Maret menceritakan pengalaman uniknya isolasi di RS Wisma Atlet. Berbeda dengan perawatan rumah sakit biasa, para suster dan dokter membuat grup Whatsapp untuk bercakap dengan pasien mengenai kondisinya.

(Baca: Penggunaan Internet Melonjak, XL hingga Indosat Minta Keringanan Pajak)

Grup tersebut berisi perawat dan 35 pasien yang menjalani isolasi di lantai yang sama. Selain itu tiap pasien juga dibekali dengan pemindai suhu tubuh sendiri dan menjalani hari-hari cukup normal.

Hal ini memudahkan pihak rumah sakit membedakan mana pasien dengan gejala ringan dengan yang memiliki keluhan spesifik.  “Tiap lantai ada tiga perawat, satu dokter stand by naik turun lantau dan ada lagi dokter dari Kementerian Kesehatan,” kata Yudhistira.

Seperti tempat tinggal, Yudhistira menjelaskan tiap ruang isolasi terdiri dari dua kamar dan memiliki ruang tamu, dapur, dan kamar mandi.  Dia juga menjelaskan hampir semua pasien mendapatkan obat yang sama yakni Klorokuin, Oseltamivir, Leftose, dan Vitamin C setiap hari.

“Tambahan obat diberikan bagi pasien dengan gejala lain seperti batuk dan diare,” katanya.

Yudhistira mengatakan hasil tes swab dirinya tanggal 4 April lalu masih menunjukkan gejala Covid-19 positif. Namun dia tetap optimis dalam tes berikutnya sepekan mendatang membawa hasil yang berbeda. “Mohon doanya agar kami sebagai pasien bisa lekas sembuh,” ujarnya.

Sedangkan Achmad merupakan pasien angkatan pertama yang dirawat di RS darurat itu. Dia juga menceritakan awalnya tanggal 8 Maret mulai merasakan demam dan sakit kepala hebat selama sepekan.

Akhirnya keluarganya memutuskan untuk mengopname dirinya di rumah sakit. Belakangan, ada kunjungan dari dinas kesehatan lantaran pihak rumah sakit melapor dirinya menunjukkan gejala corona. Setelah itu Achmad menjalani tes swab dan dinyatakan positif Covid-19.

“Pas ketika (rumah sakit) Wisma Atlet dibuka, tanggal 24 Maret saya dapat kamar,” katanya.

Achmad secara total telah menjalani perawatan terkait corona selama hampir sebulan. Namun dia mengaku bisa melakukan beberapa hal seperti berolahraga ringan dan berjemur selama diisolasi di Wisma Atlet.

“Kuncinya tingkatkan imunitas, asupan, jaga pola makan, dan menjaga perasaan,” katanya.