Kombinasi pandemi corona dan harga minyak yang terpuruk menjadi tantangan bagi industri di sektor minyak dan gas bumi (migas). Untuk bisa bertahan di masa sulit ini, PT Elnusa Tbk pun menyesuaikan rencana kerjanya tahun ini.
Head of Corporate Communication Elnusa Wahyu Irfan menjelaskan, perusahaan masih bisa tumbuh ketika harga minyak dunia turun hingga ke level US$ 28 per barel. Akan tetapi, harganya terus anjlok.
Bahkan, harga minyak jenis WTI sempat negatif atau di bawah US$ 0 per barel imbas pandemi virus corona. Penyebabnya, permintaan minyak menurun drastis di tengah kebijakan pembatasan aktivitas warga di luar rumah guna menekan penyebaran Covid-19.
(Baca: Elnusa Incar Laba Rp 400 Miliar Tahun Ini)
Belum lagi, pandemi corona berdampak terhadap perekonomian dunia, termasuk Indonesia. “Dua persoalan besar ini menjadi tantangan untuk berbagai industri terkait," kata Wahyu kepada Katadata.co.id, Kamis (30/4).
Kendati begitu, perusahaan telah menerapkan diversifikasi portofolio yang lengkap dan beberapa strategi. Selain itu, Elnusa menyesuaikan rencana kerja tahun ini seiring dengan berkurangnya aktivitas kontraktor migas.
Perusahaan juga memastikan arus kas aman dengan menerapkan sharing the pain atau supply chain financing (SCF) kepada mitra kerja sejak tahun lalu. Elnusa mengklaim, strategi ini bisa menyeimbangkan account receivables dan account payables.
(Baca: Kejatuhan Harga Minyak Berisiko Hantam Ekonomi Negara Raja-raja Minyak)
Khusus terkait sharing the pain, perusahaan meminta penyesuaian harga barang atau jasa kepada mitra. Hal ini bertujuan kedua pihak bisa bertahan melewati kondisi pandemi.
Bukan hanya Elnusa. Sepengetahuan Wahyu, beberapa perusahaan jasa penunjang hulu migas di dunia menyesuaikan target tahun ini. Pelaku usaha di industri ini juga mengurangi belanja modal (capital expenditure/capex) hingga opsi Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) karyawan.
"Namun, karena Elnusa memiliki lini bisnis yang lengkap atau portofolionya beragam. Kami yakin, di tengah kondisi pelik ini akan tetap positif," kata Wahyu.
Sebelumnya, Direktur Eksekutif Asosiasi Perusahaan Migas Nasional (Aspermigas) Moshe Rizal Husin mengatakan, PHK di industri penunjang hulu migas tak terhindarkan. Sebab, kondisi saat ini berbeda dengan krisis keuangan 2008-2009, meskipun harga minyak saat itu anjlok.
Saat itu, industri migas masih bisa mengalihkan bisnisnya ke sektor yang tak terdampak krisis selama medio 2009 hingga 2014. Salah satunya ke jasa konstruksi.
Kini, virus corona berdampak ke banyak sektor. Hal ini menyulitkan perusaaan untuk beralih. (Baca: Harga Minyak Anjlok, PHK di Industri Penunjang Migas Sulit Dihindari)
Karena itu, menurutnya efisiensi termasuk pemotongan gaji, merumahkan karyawan kontrak hingga PHK sulit dihindari oleh beberapa perusahaan di industri ini. "Saat ini situasi semakin sulit karena adanya Covid-19,” kata Moshe, beberapa waktu lalu (8/4).
"Namun, karena Elnusa memiliki lini bisnis yang lengkap atau portofolionya beragam. Kami yakin, di tengah kondisi pelik ini akan tetap positif," kata Wahyu.
Sebelumnya, Direktur Eksekutif Asosiasi Perusahaan Migas Nasional (Aspermigas) Moshe Rizal Husin mengatakan, PHK di industri penunjang hulu migas tak terhindarkan. Sebab, kondisi saat ini berbeda dengan krisis keuangan 2008-2009, meskipun harga minyak saat itu anjlok.
Saat itu, industri migas masih bisa mengalihkan bisnisnya ke sektor yang tak terdampak krisis selama medio 2009 hingga 2014. Salah satunya ke jasa konstruksi.
Kini, virus corona berdampak ke banyak sektor. Hal ini menyulitkan perusaaan untuk beralih. (Baca: Harga Minyak Anjlok, PHK di Industri Penunjang Migas Sulit Dihindari)
Karena itu, menurutnya efisiensi termasuk pemotongan gaji, merumahkan karyawan kontrak hingga PHK sulit dihindari oleh beberapa perusahaan di industri ini. "Saat ini situasi semakin sulit karena adanya Covid-19,” kata Moshe, beberapa waktu lalu (8/4).