Di tengah hajatan tahunan Paris Air Show di Perancis Juni lalu, Lion Air Group dan Boeing membuat kesepakatan penting. Maskapai swasta terbesar asal Indonesia ini membeli 50 pesawat Boeing 737 MAX 10. Aksi borong pesawat sejak beberapa tahun terakhir ini merupakan siasat Lion Air untuk merajai pasar penerbangan di kawasan Asia Tenggara.

Kesepakatan pembelian 50 pesawat Boeing 737 MAX 10 tersebut diumumkan manajemen Boeing dalam situs resminya, 19 Juni lalu. “Boeing merasa terhormat menjadi bagian penting dari strategi pertumbuhan Lion Air Gorup,” kata Boeing Commercial Airplanes President and CEO, Kevin McAllister.

Total nilai pembeliannya mencapai US$ 6,24 miliar atau setara Rp 83,39 triliun. Presiden Direktur Lion Air Group Edward Sirait menyatakan, 50 pesawat itu melengkapi armada Boeing 737 seri MAX yang dimiliki Lion Air sebelumnya, yaitu Boeing 737 MAX 8 dan MAX 9. Pembelian pesawat generasi teranyar Boeing 737 MAX 10 tersebut merupakan bagian dari pemesanan ratusan pesawat Boeing 737 MAX yang telah direncanakan Lion Air tahun 2011.

Pada Selasa lalu (4/7). Lion telah menerima kedatangan pesawat Boeing 737 MAX 8 di Bandara Internasional Soekarno Hatta, Tangerang. Pesawat dengan kode registrasi PK-LQJ tersebut merupakan unit pertama Boeing 737 MAX-8 yang dimiliki Lion Air.

Sebelumnya, pada Mei lalu, maskapai Malindo Air yang merupakan anak usaha Lion Air Group dan akan berubah nama menjadi Batik Air Malaysia, tecatat sebagai operator Boeing 737 MAX-8 pertama di dunia. “Pesawat baru ini akan mendukung kami untuk dapat terus mengembangkan rute-rute perjalanan ke destinasi yang lebih jauh lagi,” ujar Public Relations Manager Lion Air Group, Andy M. Saladin kepada Katadata, Senin (3/7).

Lion Air telah memesan 218 pesawat Boeing 737 MAX-8, yang rencananya akan dikirimkan sebanyak delapan unit pada tahun ini. Perinciannya, sebanyak tiga unit pesawat untuk Malindo Air di Malaysia serta lima unit untuk dioperasikan Lion Air di Indonesia.

Selain Boeing, Grup Lion juga gencar memborong merek pesawat lainnya. Pada Maret 2013, Lion Air memesan 234 pesawat Airbus. Pembelian ini sempat memicu kehebohan karena besarnya nilai pembelian.

Bahkan, Rusdi Kirana selaku pendiri Lion Air yang kini menjabat Duta Besar Republik Indonesia untuk Malaysia, menerima penghargaan dari Pemerintah Perancis. Rusdi dianggap berhasil menggerakkan roda perekonomian negara asal Airbus tersebut.

Jika semua pesanan tersebut sudah tiba, Lion Air menargetkan akan mengoperasikan 1.000 pesawat tahun 2031 mendatang. Saat ini, mereka baru mengoperasikan 113 pesawat yang terdiri dari Boeing 737-800/ 900 ER/ MAX-8 dan Airbus A320-300.

Namun, bukan berarti Lion Air nantinya akan mengoperasikan sendiri ratusan pesawat tersebut. Maskapai yang mulai beroperasi sejak tahun 2000 ini juga menawarkan program penyewaan pesawat (leasing). “Seperti tahun lalu, kami menyewakan 747 (Boeing) kami kepada maskapai lain,” ujar Andy. Salah satu maskapai domestik yang dikabarkan menyewa pesawat milik Lion Air adalah Sriwijaya Air.

Ia pun mengungkapkan, lini bisnis penyewaan pesawat memang berkontribusi terhadap peningkatan pendapatan perusahaan. Meski begitu, ia tidak merinci porsi atau kontribusi bisnis leasing pesawat itu terhadap total pendapatan Lion Air.

Sedangkan seorang eksekutif perusahaan penerbangan menyatakan, aksi Lion Air memborong banyak pesawat tersebut merupakan strategi untuk menghambat ekspansi usaha maskapai pesaingnya. Dengan memesan pesawat dalam jumlah banyak, Boeing dan Airbus misalnya, tentu akan kesulitan memenuhi permintaan dari perusahaan lain dalam waktu yang bersamaan.

Lantaran punya banyak armada, Lion Air saat ini memimpin pasar maskapai berbiaya murah atau low cost carrier (LCC) di Asia Tenggara. Data lembaga Centre of Aviation (CAPA) pada awal Januari 2017 menunjukkan jumlah pesawat yang dioperasikan Lion Air melebihi jumlah armada AirAsia Malaysia dan AirAsia Thailand.

Lion Air Group memiliki frekuensi penerbangan sebanyak 630 penerbangan setiap hari, ke 44 destinasi domestik dan internasional. Anak usaha Lion Air Group, yaitu Batik Air, Wings Air, Malindo Air, dan Thai Lion, yang mengoperasikan masing-masing 49 armada, 52 armada, 47 armada, dan 26 armada pesawat.