Sebanyak 185 negara/teritorial telah melaporkan temuan kasus Covid-19 alias penyakit akibat virus corona. Secara total, terdapat lebih dari 3 juta kasus yang sudah dilaporkan. Namun, masih ada sederet negara yang belum melaporkan satu pun kasus.
Beberapa negara di antaranya berlokasi jauh dari negara-negara episentrum corona, dan relatif sulit diakses. Sedangkan yang lainnya adalah negara-negara dengan pemerintahan yang dikenal sangat tertutup. Berikut beberapa negara tersebut:
1. Negara-negara di Kepulauan Pasifik
Kepulauan Pasifik merujuk pada puluhan ribu pulau di Samudera Pasifik. Sejauh ini, baru enam negara/teritorial di kawasan tersebut yang sudah melaporkan temuan kasus Covid-19.
Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia alias WHO per 27 April 2020, terdapat 252 kasus corona di kawasan tersebut, di luar Australia dan Selandia Baru. Laporan kasus terbanyak di teritorial Amerika Serikat (AS) Guam yaitu 237 kasus, beberapa kasus di antaranya di kapal militer AS.
Selebihnya, Fiji 18 kasus, Papua New Guinea 8 kasus, French Polynesia 57 kasus, New Caledonia 18 kasus, dan Northern Mariana Islands. Pemerintah Fiji mengatasi corona sambil memperbaiki kerusakan akibat badai tropis.
(Baca: Empat Negara yang Dinilai Sukses Kendalikan Penyebaran Corona)
Sedangkan negara/teritorial yang masih “bebas” corona seperti Solomon Islands, Vanuatu, Samoa, Kiribati, Micronesia, Tonga, the Marshall Islands Palau, Tuvalu, dan Nauru. Pemerintah setempat telah memperketat pengawasan, di antaranya dengan memberlakukan larangan perjalanan hingga penutupan perbatasan.
Pejabat WHO menyatakan pemantauan dan persiapan perlu terus dilakukan. Apalagi, infrastruktur dan kapasitas sistem kesehatan di kawasan tersebut terbatas.
“Negara-negara pasifik rentan terhadap penyakit menular, bahkan tanpa Covid-19,” kata Direktur WHO untuk Divisi Dukungan Teknis di Pasifik Corinne Capuano seperti dikutip Australian Broadcasting Corporation.
Pertengahan April lalu, Guardian melaporkan Marshall Islands mendatangkan ventilator dari Taiwan meski belum ada temuan kasus Covid-19. Negara tersebut juga mendapatkan bantuan perlengkapan dari WHO.
2. Turkmenistan
Negara Asia Tengah Turkmenistan juga belum melaporkan satu pun kasus corona. Meskipun, beberapa pihak mencurigai data tersebut. Ini lantaran negara pimpinan Gurbanguly Berdymukhamedov ini terkenal sebagai negara paling tertutup di dunia.
Sebagai gambaran, Turkmenistan berbatasan darat dengan empat negara yang semuanya mencatatkan kasus corona. Iran lebih dari 91 ribu kasus, Kazakstan lebih dari 2.800 kasus, Uzbekistan lebih dari 1.900 kasus, dan Afganistan lebih dari 1.700 kasus.
Martin McKee, Profesor dari London School of Hygiene and Tropical Medicine yang mempelajari sistem kesehatan di Turkmenistan, mengatakan statistik kesehatan resmi dari pemerintah Turkmenistan terkenal tidak bisa diandalkan.
(Baca: Menelusuri Asal Teori Konspirasi 5G dan Corona, Serta Kebenarannya)
“Dalam satu dekade terakhir, mereka telah mengklaim tak ada penduduk yang terinfeksi HIV/AIDS, yang adalah tidak mungkin. Kami juga mengetahui bahwa, pada tahun 2000, mereka menutupi bukti dari serangkaian penyebaran penyakit termasuk wabah,” kata dia, seperti dikutip BBC.
Seperti negara lain, pemerintah Turkmenistan menghentikan penerbangan ke Tiongkok dan beberapa negara lainnya pada awal Februari. Pemerintahnya juga menutup perbatasan darat pada Maret.
Namun, pada awal April, BBC melaporkan, aktivitas warga berjalan normal, cafe dan restoran tetap buka, acara-acara yang mengundang keramaian juga tetap berjalan, dan tak ada yang mengenakan masker di ruang publik.
Menteri Luar Negeri Turkmenistan membantah dugaan bahwa pihaknya telah menyembunyikan fakta terkait penyebaran corona. “Bila ada satu kasus terkonfirmasi kami akan segera menginformasikan,” kata dia dalam konferensi pers, Rabu (22/4), seperti dikutip Aljazeera.
Dalam kesempatan yang sama, Menteri Kesehatan Turkmenistan Nurmuhammed Amannepesov mengatakan negaranya memiliki 20 ribu alat tes corona dan telah memesan 40 ribu alat tes dari Rusia, Turki, dan Jerman. Meskipun, tak ada publikasi tentang berapa banyak orang yang sudah dites.
Sebanyak 152 orang berada dalam zona karantina, kebanyakan dari mereka adalah warga Turkmenistan yang bekerja sebagai sopir truk jarak jauh dan awak kapal.
Mayoritas pintu-pintu masuk di perbatasan telah dibuka. Nurmuhammed mengatakan, pihaknya juga tengah bersiap untuk membuka pintu-pintu perbatasan dengan Iran.
3. Tajikistan
Tajikistan juga belum melaporkan satu pun kasus corona. Meskipun, dikutip dari Radio Free Europe Radio Liberty (RFE/RL), terdapat peningkatan laporan kasus pneumonia dan penyakit pernapasan yang fatal, serta pemakaman-pemakaman dengan prosedur seperti untuk penyakit menular.
Sumber RFE/RL mengatakan, mereka menerima jenazah-jenazah yang dibungkus dengan kain dan berbau klorin. Jenazah-jenazah tersebut tidak boleh dibuka. Sumber lain mengatakan, adanya keluarga yang harus melakukan pemakaman tanpa jenazah.
Terdapat juga kasus di mana ambulans langsung membawa jenazah ke pemakaman, dan keluarga hanya diperbolehkan melakukan upacara singkat, beberapa meter dari ambulans.
(Baca: Risiko dan Protokol Keamanan Penanganan Jenazah Pasien Corona)
Pemerintah Tajikistan dilaporkan melakukan tekanan terhadap media yang memberitakan seputar masalah kesehatan. Pemerintah menuding media menyebarkan rumor yang salah dan membuat kepanikan.
Situs berita Akhbor diblok pada 22 April setelah mempublikasikan artikel tentang peningkatan kasus penyakit misterius dan kematian di negara tersebut. Dua jurnalis lokal dipanggil polisi untuk diinterogasi setelah mempertanyakan informasi dari Kementerian Kesehatan dalam konferensi pers.
Tajikistan berbatasan darat dengan Tiongkok yang merupakan episentrum awal virus corona. Negara tersebut juga berbatasan dengan tiga negara lainnya yang telah melaporkan temuan ratusan hingga ribuan kasus corona yaitu Kyrgyzstan, Uzbekistan, dan Afganistan.
RFE/RL mencatat berdasarkan data statistik Tajikistan per 27 April, tes corona di negara berpenduduk 9 juta jiwa tersebut baru dilakukan terhadap 4.100 orang.
Kementerian Kesehatan Tajikistan menyatakan punya 46.900 alat tes dari Rusia, Tiongkok, dan Jerman. Di sisi lain, negara tersebut hanya memiliki satu laboratorium di ibu kota, Dushanbe, yang mampu memproses tes corona.
Sejatinya, sample tes juga dikirimkan ke laboratorium di Rusia dan Inggris untuk mengantisipasi eror di laboratorium Dunshanbe. Namun, praktik tersebut berhenti seiring penutupan penerbangan internasional mulai 19 Maret.
(Baca: Tes Imunitas Corona dan Harapan Ekonomi Kembali Berputar)
Kepala Kantor WHO di Dynshanbe Galina Perfilyeva mengatakan, dengan kapasitas diagnosis yang terbatas, sulit untuk menyimpulkan bahwa tak ada kasus corona di Tajikistan. “Sebagaimana di negara lain, tidak mungkin untuk melaksanakan tes laboratorium terhadap seluruh populasi untuk mengidentifikasi mereka,” ujarnya.
WHO berencana untuk mengirim spesialis ke negara pimpinan Presiden Emomali Rahmon tersebut untuk menilai situasinya.
4. Korea Utara
Korea Utara masih menyatakan nihil kasus corona meski negara tetangganya, Tiongkok dan Korea Selatan, mencatatkan puluhan ribu kasus. Namun, beberapa media melaporkan adanya kasus kematian tentara dan sipil di negeri pimpinan Kim Jong Un tersebut, karena gejala yang mirip corona.
Pada Februari, Daily NK -- media yang berbasis di Korea Selatan dan fokus pada pemberitaan soal Korea Utara – memberitakan sebanyak lima orang meninggal karena Covid-19 di Sinuiju, kota hub perdagangan yang berbatasan dengan Tiongkok. Surat Kabar Korea Selatan Chosun Ilbo juga pernah melaporkan soal dua orang yang diduga terinfeksi corona di kota tersebut.
(Baca: Kandidat Kuat Pemimpin Korut Bila Kim Jong Un Meninggal Dunia)
Sedangkan pada awal Maret, Daily NK memberitakan, sebanyak 180 tentara dari berbagai markas meninggal dunia karena gejala yang mirip dengan Covid-19, sedangkan sebanyak 3.700 lainnya dikarantina. Ini berdasarkan informasi dari sumber militer di Korea Utara.
Otoritas dilaporkan telah memerintahkan rumah sakit militer untuk melakukan disinfeksi terhadap area karantina dari para tentara yang sakit. Disinfeksi dengan menggunakan metil alkohol alias metanol.
Baru-baru ini, Daily NK memberitakan seorang warga Korea Utara yang melarikan diri ke Tiongkok dan ditembak penjaga perbatasan dinyatakan positif Covid-19.
Di tengah pandemi corona, rumah sakit modern dibangun cepat di Pyongyang. Seremonial pembangunan rumah sakit terjadi pada pertengahan Maret 2020 dan dihadiri pemimpin Korea Utara Kim Jong Un.
(Baca: Bahaya Pandemi Corona di Balik “Tembok” Korea Utara)
Ia mengatakan keputusan pembangunan rumah sakit dibuat dalam rapat Partai Buruh pada Desember 2019. Ini seiring kesadaran tak adanya tempat pelayanan medis yang “sempurna dan modern”, bahkan di ibu kota.
Kim Jong Un mendeklarasikan pembangunan rumah sakit tersebut sebagai prioritas pertama. Pembangunan ditargetkan rampung secepatnya, yaitu sebelum peringatan pendirian 75 tahun Partai Buruh pada Oktober 2020. Untuk itu, rencana-rencana proyek konstruksi lainnya di tahun ini ditunda.