Dilarang Terbang, CEO Boeing Harap 737 Max Dapat Mengudara Akhir 2019
CEO Boeing Dennis Muilenberg berharap pesawat berjenis 737 Max 8 yang terkena larangan terbang di seluruh dunia dapat kembali mengudara pada akhir tahun ini. Hal ini seiring telah diperbaikinya perangkat lunak pesawatpada sistem anti-stall yang menjadi penyebab kecelakaan Lion Air dan Ethiopian Air beberapa waktu lalu.
Dilansir dari CNBC International, Muilenberg mengungkapkan bahwa saat ini Boeing tengah melakukan serangkaian tes simulasi penerbangan di bawah pengawasan Badan Administrasi Penerbangan Federal atau Federal Aviation Administration (FAA).
"Boeing harus memperbaiki 'kepercayaan yang rusak' dari konsumen industri penerbangan. Beberapa maskapai mengatakan mereka tidak akan menagih penumpang yang gelisah tentang keamanan pesawat untuk beralih ke penerbangan yang dioperasikan dengan pesawat lain," ujar Muilenberg.
(Baca: Efek Berantai Dua Tragedi Boeing 737-MAX 8)
Setelah tes simulasi penerbangan sukses, Boeing berencana melakukan tes terbang sesungguhnya. Muilenberg berharap Boeing mendapatkan lampu hijau dari FAA untuk kembali mengudara pada akhir tahun ini. Namun dia menolak untuk menetapkan tenggat waktu.
Pesawat Boeing 737 Max 8 mendapat larangan terbang di seluruh dunia setelah dua kecelakaan fatal yang menewaskan seluruh penumpang dan awaknya, dengan total korban tewas sebanyak 346 orang.
Pada 29 Oktober 2018, Pesawat Boeing 737 Max 8 milik Lion Air dengan nomor penerbangan JT610 jatuh di perairan dekat Tanjung Karawang, 10 menit setelah take off. Korban jiwa yang meninggal sebanyak 189 orang.
Hanya lima bulan berselang, peristiwa nahas yang sama terjadi. Kali ini Ethiopian Airlines dengan nomor penerbangan ET-302 yang juga menggunakan pesawat jenis 737 Max 8, jatuh pada Minggu 10 Maret 2019, hanya lima menit setelah take off. Sebanyak 157 penumpang dan awak pesawat tewas.
(Baca: Australia dan Singapura Juga Terapkan Larangan Terbang Boeing 737 Max 8)
Di Indonesia, selain Lion Air, Garuda Indonesia juga menggunakan pesawat jenis yang sama. Lion Air telah memesan 222 pesawat jenis 737 Max dari Boeing dan telah menerima 13 pesawat. Rinciannya, 11 pesawat 737 Max 8 dan dua pesawat 737 Max 9.
Pascakejadian nahas tersebut, perusahaan penerbangan milik Rusdi Kirana ini pun memutuskan untuk menunda kedatangan sisa pesanan pesawat berikutnya. Adapun total kontrak pembelian tersebut mencapai US$ 22 miliar.
Sementara itu Garuda telah memesan 50 pesawat namun baru menerima satu pesawat yang langsung di-grounded setelah dua kecelakaan fatal tadi. Garuda memutuskan untuk membatalkan sisa 49 pesawat yang telah dipesan dengan total pembelian US$ 4,9 miliar.
Garuda yang telah membayarkan uang muka pemesanan sebesar US$ 26 juta, menegosiasikan pemesanan diganti dengan jenis pesawat yang lain dari Boeing.