WHO: Lebih Dari 70% Pasien Infeksi Virus Corona di Tiongkok Sembuh

ANTARA FOTO/REUTERS/China Daily
Ilustrasi. WHO mencatat dari seluruh kasus global yang dilaporkan, 93% berasal dari empat negara.
Penulis: Agustiyanti
10/3/2020, 17.04 WIB

Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO menyebut sebagian besar pasien yang terinfeksi virus corona berhasil pulih. Dari 80 ribu kasus yang dilaporkan di Tiongkok, kini lebih dari 70% telah berhasil pulih dan dipulangkan.

"Kita harus ingat bahwa tindakan awal yang tegas dapat memperlambat virus dan mencegah infeksi. Di antara mereka yang terinfeksi, sebagai besar berhasil pulih," ujar Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam keterangan resmi dikutip, Selasa (10/3).

Adhanom menyebut ancaman pendemi kini semakin nyata dengan jumlah negara yang terjangkit lebih dari 100. Namun, ia optimis ini akan menjadi pendemi pertama dalam sejarah yang dapat dikendalikan.

Ia mengingatkan jumlah total kasus yang dilaporkan, termasuk total negara yang terjangkit saat ini tak menceritakan kondisi yang lengkap. Dari seluruh kasus global yang dilaporkan, 93% berasal dari hanya empat negara.

"Ini adalah epidemi yang tidak merata di tingkat global," jelas dia.

Semua negara dinilai harus mengambil strategi campuran yang komprehensif untuk mengendalikan epidemi tersebut. Saat ini, WHO telah menggabungkan panduan penanganan virus corona untuk negara-negara ke dalam empat kategori.

(Baca: Akibat Corona, Pemerintah Tutup Seluruh Penerbangan dari dan ke Italia)

Pertama, negara yang tidak memiliki kasus. Kedua, negara yang memiliki kasus sporadis. Ketiga, negara memiliki kasus secara terkelompok. Keempat, negara yang memiliki kasus akibat transmisi komunitas.

"Untuk semua negara, tujuannya adalah sama, menghentikan penularan dan cegah penyebaran virus," kata dia.

Untuk tiga kategori pertama, negara-negara harus fokus menemukan, menguji, merawat dan mengisolasi masing-masing kasus, dan mengikuti kontak mereka. Di daerah dengan penyebaran masyarakat, menguji setiap kasus yang dicurigai dan melacak kontak mereka menjadi lebih menantang. Tindakan cepat harus diambil untuk mencegah penularan di tingkat masyarakat untuk mengurangi epidemi.

Bergantung pada konteksnya, negara-negara dengan transmisi komunitas dapat mempertimbangkan untuk menutup sekolah, membatalkan pertemuan massal, dan langkah-langkah lain untuk mengurangi paparan.

Adapun elemen dasar dari responsnya sama untuk semua negara, yakni mekanisme tanggap darurat, komunikasi risiko dan keterlibatan publik, serta pencarian kasus dan pelacakan kontak.

Kemudian langkah-langkah kesehatan masyarakat seperti kebersihan tangan, etiket pernapasan, dan jarak sosial, lalu pengujian laboratorium, kesiapan pasien dan rumah sakit, pencegahan dan pengendalian infeksi, serta pendekatan pemerintah terhadap seluruh masyarakat. Tiongkok, Italia, Jepang, Republik Korea, Amerika Serikat dan banyak lainnya telah mengaktifkan tindakan darurat.

"Ada banyak contoh negara yang menunjukkan bahwa tindakan ini berhasil," kata dia.

(Baca: WHO Imbau Tak Pakai Uang Tunai, DANA, Gopay & LinkAja Panen Transaksi?)

Singapura, menurut dia, adalah contoh yang baik dari pendekatan pemerintah melalui video reguler Perdana Menteri Lee Hsien Loong yang membantu menjelaskan risiko dan meyakinkan orang-orang untuk mencegah dan mengatasi penyebaran wabah ini.

Republik Korea telah meningkatkan upaya untuk mengidentifikasi semua kasus dan kontak, termasuk pengujian suhu drive-through untuk memperluas jaringan, dan menangkap kasus yang mungkin terlewatkan. Ia juga menyebut Nigeria, Senegal, dan Ethiopia bahkan telah memperkuat kapasitas pengawasan dan diagnostik untuk menemukan kasus dengan cepat.

"WHO akan terus mendukung setiap negara dalam empat skenario tersebut," jelas dia.

WHO kini telah mengirimkan persediaan peralatan perlindungan pribadi ke 57 negara dan bakal mengirimkan lagi ke 28 negara lainnya. Organisasi ini juga telah mengirimkan persediaan laboratorium ke 120 negara.