Malaysia Kucurkan Stimulus Rp 929 Triliun Meredam Efek Negatif Corona

ANTARA FOTO/REUTERS/Lim Huey Teng
Ilustrasi, Perdana Menteri Malaysia Muhyiddin Yassin. Pada hari Jumat (27/3) pemerintah Malaysia mengumumkan kebijakan stimulus kedua sebesar Rp 929 triliun, untuk meredam dampak negatif pandemi virus corona.
Penulis: Agung Jatmiko
27/3/2020, 21.15 WIB

Demi meredam dampak negatif pandemi virus corona, pemerintah Malaysia kembali mengeluarkan kebijakan stimulus.

Paket stimulus bernama Paket Prihatin, diumumkan oleh Perdana Menteri Malaysia Muhyiddin Yassin pada Jumat (27/3). Melalui stimulus ini, pemerintah Malaysia mengalokasikan 250 miliar Ringgit Malaysia (RM) atau setara Rp 929,5 triliun (asumsi kurs Rp 3.178 per RM).

Mengutip siaran pers, Jumat (27/3), stimulus ini dikucurkan untuk meredam gejolak ekonomi akibat pandemi virus corona di Malaysia. Ini merupakan stimulus kedua, setelah sebelumnya pemerintah Malaysia mengucurkan stimulus sebesar RM 20 miliar.

Paket stimulus kedua ini meliputi RM 128 miliar untuk kesejahteraan, RM 100 miliar untuk dukungan terhadap sektor bisnis dan RM 2 miliar untuk memperkuat ekonomi nasional.

“Pemerintah akan melakukan yang terbaik untuk memastikan bahwa semua masyarakat mendapatkan manfaat,” ujar Muhyidiin Yassin dalam siaran pers, Jumat (27/3).

Dari alokasi stimulus yang ditetapkan, pemerintah Malaysia menganggarkan RM  500 juta untuk Kementerian Kesehatan Malaysia, yang akan dialokasikan untuk dua hal.

Pertama, tunjangan bulanan khusus sebesar RM 400-RM 600 untuk dokter, perawat dan petugas kesehatan. Tunjangan ini akan diberikan mulai 1 April hingga akhir pandemi. Kedua, tunjangan bulanan sebesar RM 200 untuk petugas garis depan, seperti polisi, petugas imigrasi dan bea cukai.

(Baca: Bantuan Tunai Dinilai Lebih Efektif jadi Stimulus Atasi Dampak Corona)

Selain itu, ada pula tunjangan sosial berupa bantuan tunai untuk masyarakat berpenghasilan menengah-bawah, dengan alokasi RM 10 miliar.

Kelompok yang menjadi sasaran adalah, nelayan, petani, pelaku usaha kecil dan masyarakat yang tinggal di lahan milik pemerintah atau Federal Land Development Authority (FELDA).

Pemerintah Malaysia juga mengalokasikan RM 350 juta untuk pengurangan atau diskon tagihan listrik. Rinciannya, penggunaan di bawah 200 kilo Watt (kW) akan menerima diskon 50%, penggunaan 201 kW-300 kW akan menerima diskon 25% dan penggunaan 301 kW-600 kW akan menerima diskon 15%.

Bantuan keuangan lain yang diberikan oleh pemerintah Malaysia adalah, pemberian dana tambahan sebesar RM 600 untuk pekerja dengan pendapatan di bawah RM 4.000 per bulan.

Selain itu, pengusaha yang mengalami penurunan bisnis sebesar 50% sejak 1 Januari 2020, juga akan diberikan bantuan. Pemerintah Malaysia juga memberikan bantuan berupa dana sebesar RM 500, untuk 120.000 pengemudi online.

Kemudian, pemerintah Malaysia juga melarang perusahaan untuk memotong gaji karyawan dengan penghasilan di bawah RM 4.000 per bulan. Terakhir, pemerintah Malaysia juga menyediakan jaringan internet secara gratis, mulai 1 April 2020, sampai berakhirnya masa penerapan program Movement Control Order (MCO).

“Kita sedang berperang menghadapi kekuatan yang tak terlihat. Situasi yang kita hadapi ini belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah. Dan, pemerintah ini mungkin bukan pemerintah yang Anda pilih. Tapi saya ingin Anda semua tahu bahwa pemerintah peduli kepada seluruh rakyat Malaysia,” ujar Muhyiddin Yassin.

(Baca: G20 Bakal Suntik Dana Rp 80.000 Triliun Redam Dampak Corona)

Menurut analis konsultan public affair KRA Group Nadia Elias, jumlah stimulus yang dikucurkan pemerintah ini tergolong menjanjikan. Pasalnya, jumlahnya lebih besar dibanding prediksi para ekonom, yakni RM 75 miliar-RM 100 miliar.

“Stimulus ini juga masuk ke semua sektor yang menjadi perhatian masyarakat, termasuk gig economy dan mereka yang memiliki penghasilan tidak tetap,” ujar Nadia, dalam siaran pers yang diterima Katadata.co.id, Jumat (27/3).

Meski demikian, Nadia mengingatkan bahwa kebijakan stimulus ini merupakan salah satu langkah populis pemerintah Malaysia. Oleh karena itu, penerapannya harus dikritisi, terutama setelah masa pandemi corona berakhir.

“Saya harap pemerintah juga memperhitungkan dampak jangka panjang dan menyusun kebijakan untuk kembali membangun ekonomi Malaysia,” kata Nadia.

Sekadar informasi, per 27 Maret 2020, Malaysia mencatatkan 2.161 kasus positif virus corona. Dari total kasus tersebut, sebanyak 26 pasien meninggal dunia.

Sebelumnya, pemerintah Malaysia juga telah memperpanjang masa lockdown hingga 14 April 2020, dari semula diberlakukan hingga 31 Maret 2020.

(Baca: Kasus Positif Corona Melonjak, Malaysia Perpanjang Lockdown)