RI Termasuk 3 Negara G20 yang Diramal Ekonominya Masih Tumbuh Positif

ANTARA FOTO/REUTERS/Kim Kyung-Hoon
Ilustrasi para pemimpin negara-negara anggota G20. The Economist Intelligence Unit (EIU) memproyeksi hampir seluruh anggota G20 akan mengalami resesi akibat pandemi corona. Hanya tiga negara yang diproyeksi tidak resesi, Tiongkok, India dan Indonesia.
Penulis: Agung Jatmiko
28/3/2020, 14.07 WIB

Pandemi corona dipandang The Economist Inteliigence Unit (EIU), akan menyeret negara-negara G20 dalam jurang resesi. Secara umum, perekonomian global diprediksi akan terkontraksi 2,2% karena pandemi corona.

Mengutip paparan EIU, Kamis (26/3), Global Forecasting Director EIU Agathe Demarais menyatakan, saat ini gambaran ekonomi global bisa dikatakan suram, dengan ancaman resesi di hampir seluruh negara-negara maju di dunia.

EIU berasumsi, kemungkinan adanya pemulihan ekonomi di paruh kedua tahun 2020 memang ada. Namun, risiko penurunan ekonomi tetap tinggi, karena adanya kemungkinan munculnya gelombang epidemi kedua dan ketiga dari virus corona. Hal ini, menurut Agathe, akan makin menenggelamkan ekonomi.

"Kombinasi dari pendapatan fiskal yang rendah dan tingginya pengeluaran publik, akan menempatkan banyak negara di ambang krisis utang," ujar Agathe, dalam laporan berjudul COVID-19 to Send Almost all G20 Countries Into a Recession, dikutip Sabtu (28/3).

Untuk G20, EIU memproyeksi hampir seluruh anggota G20 akan mengalami pertumbuhan ekonomi negatif. Amerika Serikat (AS) misalnya, perekonomiannya diproyeksi turun, dari proyeksi awal 1,7% menjadi -2,8%.

EIU memandang, respon awal pemerintah AS terhadap virus corona tergolong buruk, berimbas pada makin banyaknya jumlah kasus positif di AS. Selain itu, risiko ekonomi akibat pandemi corona yang meningkat ini diperparah dengan kejatuhan harga minyak.

(Baca: G20 Bakal Suntik Dana Rp 80.000 Triliun Redam Dampak Corona)

Kombinasi pandemi corona dan penurunan harga minyak global, membuat investasi akan mengalami kontraksi tajam tahun ini, terutama di sektor energi. Imbasnya, ekspor akan turun.

Anggota G20 dari zona Eropa, diprediksi EIU juga akan mengalami resesi. Jerman, sebagai negara dengan perekonomian paling kuat di Eropa, diproyeksi mengalami pertumbuhan negatif, yakni -6,8%.

Pasalnya, sektor manufaktur Jerman besar sangat berorientasi ekspor, yang sangat tergantung dari permintaan global. Mengingat permintaan global diprediksi turun tajam, maka ekspor manufaktur Jerman pun terdampak.

Negara anggota G20 lainnya diproyeksi EIU juga mengalami pertumbuhan negatif. Rinciannya, Argentina (-6,7%), Australia (-0,4%), Brazil (-5,5%), Canada (-1,3%), Perancis (-5%), Italia (-7%), Jepang (-1,5%), Korea Selatan (-1,8%), Meksiko (-5,4%), Rusia (-2%), Arab Saudi (-5%), Afrika Selatan (-3%), Turki (-3%) dan Inggris (-2,8%).

Hanya tiga negara anggota G20 yang diprediksi EIU tidak mengalami pertumbuhan negatif, meski pertumbuhan ekonominya turun tajam. Tiga negara tersebut antara lain, Tiongkok, India dan Indonesia.

Perekonomian Tiongkok diproyeksi hanya akan tumbuh 1% tahun ini, turun dari proyeksi semula 5,9%. Kemudian, perekonomian India diproyeksi tumbuh 2,1%, turun dari proyeksi awal 6%. Sementara, Indonesia, yang sebelumnya tahun ini diproyeksi tumbuh 5,1%, hanya akan mampu mencatatkan pertumbuhan 1% tahun ini.

(Baca: Sri Mulyani: Jika Lockdown & Corona Tak Cepat Beres, Ekonomi Tumbuh 0%)