Enam Jurus Kementan Jaga Ekspor Perkebunan di Tengah Pandemi Corona

ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas/ama.
Buah kakao, salah satu komoditas perkebunan yang diekspor ke Tiongkok. Kementan menyiapkan enam jurus untuk mengantisipasi turunnya ekspor komoditas perkebunan ke Tiongkok imbas pandemi corona.
2/4/2020, 21.57 WIB

Kementerian Pertanian (Kementan) optimistis dapat meningkatkan ekspor hasil perkebunan di tengah turunnya permintaan ekspor ke Tiongkok imbas dari pandemi global corona. Kementan akan mencari pasar ekspor baru hingga meningkatkan ekspor ke mitra dagang yang telah ada. 

Direktur Jenderal Perkebunan Kementan, Kasdi Subagyono menjelaskan pihaknya telah mengkaji alternatif tujuan pasar ekspor komoditas perkebunan sebagai bentuk antisipasi turunnya permintaan ekspor ke Tiongkok tahun ini.

Menurutnya, dalam kondisi ekonomi yang sulit seperti saat ini, sektor pertanian harus menjadi sektor yang paling tangguh dalam menghadapi berbagai krisis. "Tidak hanya fokus dalam peningkatan produksi, tapi juga mencari alternatif pasar ekspor selain Tiongkok," ujarnya melalui keterangan tertulis yang diterima Katadata.co.id, Kamis (2/4).

Kementan pun telah menyiapkan enam strategi utama untuk memperkuat ekspor perkebunan Indonesia ditengah pandemi Covid-19. Satu, melobi negara mitra dagang baru, termasuk mengupayakan ekspor langsung terhadap komoditas yang selama ini di ekspor kembali melalui Tiongkok. 

(Baca: Ekspor Sawit ke Tiongkok Turun, Kementan Bidik Pasar India & Pakistan)

Dua, melobi kesepakatan tarif bea masuk di negara tujuan dan memberikan kemudahan perdagangan bilateral untuk beberapa komoditas seperti gula dan vanaspati ghee. Tiga, meningkatkan jaminan atas kualitas, brand image, dan ketersediaan produk secara kontinu.

Empat, meningkatkan kerja sama perdagangan untuk peningkatan akses pasar, melalui optimalisasi pemanfaatan perwakilan Indonesia di luar negeri. "Kerja sama yang sudah berjalan dipercepat, dan tentunya dengan mengembangkan kesepakatan baru," ujar Kasdi.

Lima, meningkatkan konsumsi domestik, seperti program B-30 untuk minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil/CPO), aspal karet untuk karet, kopi, gula semut, dan komoditas lainnya. Enam, optimalisasi layanan jaringan informasi dan komunikasi secara terorganisasi antara bussiness to bussiness (B to B) dan government to government (G to G).

Selama ini Tiongkok merupakan negara tujuan ekspor utama hasil perkebunan dari Indonesia, mulai dari sawit, kelapa, kakao, karet, kopi, teh, lada, pala, cengkeh, hingga kayu manis.

(Baca: Tiga Jurus Kementan Atasi Perlambatan Ekonomi Akibat Covid-19)

Untuk komoditas sawit misalnya, berdasarkan analisis Kementan, ekspor sawit ke Tiongkok tahun ini dipastikan turun. Untuk mengantisipasi hal ini Kementan akan dorong peningkatan ekspor sawit ke India, Pakistan, Bangladesh dengan kenaikan sebesar 20%, dan Amerika Serikat (AS) 5%.

“Selain itu ekspor ke Tunisia, Turki, mesir, Aljazair, Maroko dan Iran naik sebesar 10%, untuk konsumsi dalam Negeri kami targetkan naik 5%,” ujar Kasdi.

Sedangkan untuk ekspor karet, Kementan menargetkan peningkatan ekspor ke negara-negara alternatif selain Tiongkok. “Kami akan dorong ekspor ke Jerman dan Perancis naik 10%, AS dan Argentina 10%, Jepang dan Korea Selatan 7,5%, Afrika Selatan 2,5%, dan untuk konsumsi dalam negeri kami targetkan naik hingga 5%” kata dia.

(Baca: Jokowi Minta Petani Perluas Pilihan Tanam Komoditas Pertanian)

Reporter: Muchammad Egi Fadliansyah