Benahi Usaha dan Utang, Krakatau Steel Reposisi dan Pangkas Karyawan

Arief Kamaludin | Katadata
Kantor pusat Krakatau Steel di Cilegon, Banten. Krakatau Steel tengah melakukan restrukturisasi usahanya agar dapat lebih efisien dan bisa mencetak keuntungan.
Penulis: Ihya Ulum Aldin
25/6/2019, 21.38 WIB

PT Krakatau Steel Tbk berencana untuk merestrukturisasi organisasi dan bisnis mereka sekaligus merestrukturisasi utang perusahaan. Namun, restrukturisasi tersebut berefek kepada pemangkasan atau perampingan dan reposisi karyawan di perusahaan baja milik pemerintah tersebut.

Direktur Utama Krakatau Steel Silmy Karim mengakui, perampingan dan reposisi karyawan ini merupakan konsekuensi dari restrukturisasi organisasi dan bisnis perusahaan. "Pasti ada karyawan yang saya reposisi," kata Silmy kepada Katadata.co.id pada Selasa (25/6).

Dia menjelaskan, jika jumlah karyawan di dalam satu unit berlebihan dari yang dibutuhkan, perusahaan menawarkan kepada karyawan tersebut untuk pindah ke unit lain yang lebih membutuhkan. Namun, jika ada yang tidak mau direposisi, karyawan tersebut bisa mengundurkan diri atau mengambil opsi pensiun dini.

Silmy menyadari pilihan tersebut bakal membuat sebagian karyawan Krakatau Steel tidak senang sehingga mereka tidak dapat menerima upaya transformasi perusahaan. Namun hal tersebut tetap dijalankan agar kinerja Krakatau Steel bisa lebih efisien dan mampu membukukan keuntungan.

(Baca: Bayar Utang, Krakatau Steel Akan Lepas Anak Usaha hingga Jual Aset)

Upaya restrukturisasi organisasi yang berdampak pada reposisi dan perampingan karyawan dilakukan untuk mengoptimalkan kinerja perusahaan yang sudah dalam trujuh tahun terakhir tidak membukukan keuntungan. "Perampingan dari struktur organisasi, seberapa besar struktur organisasi bisa support peningkatan produktivitas dan pengurangan biaya," kata Silmy.

Langkah nyata yang sedang dilakukan oleh Krakatau Steel yaitu dengan melakukan pemisahan (spin-off) pabrik-pabrik dari induk kepada anak-anak usahanya. Dengan spin off ini, Silmy yakin pabrik-pabrik yang berada di bawah Krakatau Steel akan lebih responsif dan efisien.

Dia menjelaskan, jika pabrik-pabrik tersebut masih berada di induk usaha, pengambilan keputusannya akan tunduk pada aturan yang cukup banyak dibandingkan jika pabrik tersebut berada di bawah anak usaha.

Selain itu, dengan dilakukan spin off, pengembangan pabrik dengan menggaet partner bisa lebih mudah. Dia mencontohkan, jika ada investor yang mau bekerja sama dengan Krakatau Steel dengan menyertakan modal, keputusannya tidak perlu sampai dibahas di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI.

(Baca: Kreditur Bank BUMN Setujui Skema Restrukturisasi Utang Krakatau Steel)

Klasterisasi Anak Usaha Krakatau Steel

Dalam rangka restrukturisasi, Silmy mengatakan bahwa Krakatau Steel bakal membentuk klasterisasi pada anak maupun cucu usaha mereka. Sehingga dengan langkah tersebut, Silmy meyakini kinerja anak dan cucu usaha Krakatau Steel bisa semakin optimal.

Dia mencontohkan bakal mengumpulkan anak usaha yang berafiliasi dengan pihak lain seperti Posco, Nippon Steel, maupun Osaka Steel dalam satu klaster yaitu klaster baja. Selain itu, perseroan bisa membentuk klaster yang berhubungan dengan logistik yang dimasukkan ke dalam rumpun usaha pelabuhan. "Ini akan jadi satu klaster besar dan saling menguatkan," kata Silmy.

Perbaikan kinerja perusahaan Karakatau Steel ini, diakui oleh Silmy, berkaitan erat dengan restrukturisasi utang-utang perusahaan senilai US$ 2,2 miliar atau setara Rp 31 triliun. Perbaikan kinerja perusahaan merupakan trance A pembayaran utang pernah yang disepakati oleh rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) beberapa bulan lalu.

(Baca: Sebelum Masuk Holding BUMN Tambang, Krakatau Harus Selesaikan Utangnya)

Dengan perbaikan kinerja tersebut, Silmy pernah menjelaskan, mereka bakal melakukan divestasi saham pada anak usaha. Caranya, bisa melalui penjualan saham secara langsung, penerbitan Dana Infrastruktur (Dinfra), atau melalui Reksa Dana Penyertaan Terbatas (RDPT). "Ini pun ada klausal buy back," kata dia.

Rencananya, divestasi baru dilakukan tiga tahun ke depan lantaran perusahaan ingin mengoptimalkan kinerja anak usaha guna meningkatkan valuasinya. Sejauh ini, belum ada kepastian dari Krakatau Steel mengenai anak usaha yang akan dipilih. Namun targetnya, nilai divestasi bisa mencapai sekitar US$ 1 miliar.