Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyebutkan produk mie instan Indomie dikenakan bea masuk tinggi untuk masuk ke salah satu negara di Afrika. Pemerintah rencana engurangi hambatan tarif dan non tarif untuk mendorong ekspor Indomie yang dianugerahkan ramen terenak di dunia.
"Salah satu negara di Afrika mengenakan bea masuk impor sekitar 25%, namun masih tetap diimpor meski margin terbatas," kata Dirjen Industri Agro Kemenperin Abdul Rochim di kantornya, Jakarta, Senin (11/11).
(Baca: Kalahkan Malaysia dan Korea, Indomie BBQ Jadi Ramen Terenak di Dunia)
Selain menghadapi tarif bea impor, ekspor makanan minuman juga melalui hambatan non tarif, salah satu contohnya persyaratan yang harus dipenuhi untuk produk olahan ikan.
"Upaya kami meningkatkan ekspor dengan mengurangi hambatan tarif dan nontarif," kata Abdul.
Indomie mulai diperkenalkan ke Afrika Barat pada tahun 80-an dan menjadi populer. Sejak 1995, Indomie membuka pabrik di sana.
(Baca: Cerita Enaknya Indomie, Jadi Sarana Kampanye hingga Alat Barter )
Ketua Asosiasi Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman (Gapmmi) Adhi Lukman pun mengatakan, Indonesia perlu bangga lantaran Indomie diakui oleh dunia. Oleh karena itu dia mendukung mengatasi berbagai hambatan ekspor. "Ini sesuai arahan Presiden, kita bawa dan promosikan produk Indonesia ke pasar global," kata dia.
Salah satu pengakuan dunia yakni Indomie Barbecue Chicken mendapatkan peringkat wahid dalam L.A. Times Instant Ramen Power Rankings. Dengan berada di posisi teratas, varian Indomie ini menjadi ramen instan terenak di dunia. Peringkat ini dibuat atas penilaian kolumnis panganan L.A Times Lucas Kwan Peterson.
Indomie masuk dalam dua peringkat dalam L.A. Times Instant Ramen Power Rankings. Indomie Barbecue Chicken di peringkat pertama, dan Indomie Mi Goreng di peringkat 10.