Imbas Pandemi Corona, Penjualan Produk Tekstil Diprediksi Anjlok 50%

ANTARA FOTO/Septianda Perdana
Seorang pedagang menata kain tekstil dagangannya di Pasar Ikan Medan, Sumatera Utara. Asosiasi tekstil memprediksi penjualan produk tekstil tahun ini anjlok 50% karena turunnya ekspor dan lemahnya permintaan domestik imbas pandemi corona.
2/4/2020, 14.16 WIB

Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) memprediksi penjualan tekstil dan produk tekstil tahun ini anjlok hingga 50% imbas pandemi corona. Sebab, pasar ekspor mulai dibatalkan sementara permintaan dalam negeri kian susut seiring dengan turunnya daya beli masyarakat.

Sekretaris Jenderal API Rizal Tanzil mengatakan angka pasti penurunan penjualan sedang dihitung. Namun, beberapa anggota API mulai menutup pabrik hingga beberapa waktu ke depan sesuai dengan arahan pemerintah.

"Saya belum tahu angkanya, yang pasti sudah besar ini dampaknya karena pasar ekspor banyak yang dibatalkan dan pasar domestik daya beli turun urusan semuanya pada kesehatan. Mungkin lebih dari 50%," kata dia kepada Katadata.co.id, Kamis (2/4).

Rizal menjelaskan akibat penurunan penjulan, pihaknya hanya merumahkan karyawan sementara waktu sesuai dengan ketentuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), untuk memutuskan rantai penularan. Namun, seluruh karyawan masih menerima upah meskipun hanya separuh.

(Baca: Industri Alas Kaki Dilematis Hadapi Ancaman PHK 900 Ribu Karyawan)

Opsi untuk pemutusan hubungan kerja (PHK) urung dilakukan anggota API. Pasalnya, keputusan itu akan diambil sebagai pilihan terakhir untuk menyelamatkan perusahaan dari krisis.

"Kami semua sepakat PHK menjadi opsi terakhir bagi industri tekstil, semaksimal mungkin menghindari. Kasihan sekarang rakyat sedang susah kalau jadi PHK mereka tak punya penghasilan ya makin susah, buruh kami kan banyak," kata dia.

Sebelumnya, pelaku usaha industri tekstil dan produk tekstil menyatakan, tidak terlalu berharap momen bulan puasa atau ramadan serta Idul Fitri mampu mendongkrak kinerja industri tekstil. 

Bahkan, API memproyeksi, menjelang hari raya Idul Fitri, industri tekstil akan mengalami perlambatan. Pasalnya, pandemi corona yang melanda akan menyebabkan masyarakat mengurangi pembelian khususnya produk-produk tekstil.

(Baca: Pukulan Dua Arah Virus Corona ke Industri Manufaktur)

"Proyeksi Lebaran kami tidak terlalu berharap terlalu tinggi, karena konsumsi utama pasti untuk makanan. Untuk tekstil pasti di nomor duakan," ujar Ketua API Jemmy Kartiwa Sastramaja, Senin (23/3). 

Momen Ramadan dan Idul Fitri biasanya memang menjadi momen di mana industri tekstil mampu meningkatkan penjualan secara signifikan. Namun tahun ini menurutnya berbeda, dengan adanya pandemi corona.

"Kalau untuk tahun ini kita targetnya sangat konservatif, jadi mungkin tidak akan terjadi peningkatan signifikan di periode lebaran," ujarnya.

(Baca: Beringharjo dan Tanah Abang, Pasar Tekstil yang Tutup Imbas Corona)

Reporter: Tri Kurnia Yunianto