Serangan Kilang Minyak Arab Picu Harga Emas Antam Naik Rp 8.000 / Gram

KATADATA/Agung Samosir
Harga emas Antam hari ini, Senin (16/9) melonjak Rp 8.000 per gram menjadi Rp 753.000 per gram. Kenaikan harga emas Antam dipicu kenaikan harga emas dunia sebesar 1,29% karena meningkatnya ketegangan di Timur Tengah pascaserangan ke kilang minyak Arab Saudi.
Penulis: Happy Fajrian
16/9/2019, 10.30 WIB

Serangan terhadap kilang minyak milik perusahaan Arab Saudi, Saudi Aramco, juga berdampak terhadap harga aset aman (safe haven) seperti emas. Dilansir dari laman logammulia.com, harga emas PT Aneka Tambang (Antam) hari ini naik hingga Rp 8.000 per gram menjadi Rp 753.000 per gram.

Sementara itu harga pembelian kembali atau buy back juga naik Rp 8.000 per gram menjadi Rp 676.000 per gram. Harga emas batangan tersebut sudah termasuk PPh 22 sebesar 0,9%. Dengan demikian harga emas Antam hari ini di butik emas Logam Mulia sebagai berikut:

Berikut rincian harganya, seperti dikutip dari situs logammulia.com di market Butik Emas LM Pulogadung Jakarta:

Pecahan 1 gram Rp 753.000
Pecahan 2 gram Rp 1.455.000
Pecahan 3 gram Rp 2.161.000
Pecahan 5 gram Rp 3.585.000
Pecahan 10 gram Rp 7.105.000
Pecahan 25 gram Rp 17.655.000
Pecahan 50 gram Rp 35.235.000
Pecahan 100 gram Rp 70.400.000
Pecahan 250 gram Rp 175.750.000
Pecahan 500 gram Rp 351.300.000
Pecahan 1.000 gram Rp 702.600.000.

(Baca: Kekhawatiran Ekonomi Mereda, Kenaikan Harga Emas Tertahan)

Harga Emas Dunia Naik Lebih dari 1%

Kenaikan harga emas Antam dipicu oleh kenaikan harga emas dunia yang menyentuh titik tertingginya sejak 5 September 2019. Dilansir dari Reuters, investor kembali memburu aset-aset safe haven karena kondisi keamanan geopolitik dunia yang rawan pascaserangan terhadap kilang minyak milik Saudi Aramco, Sabtu (14/9).

Hari ini, Senin (16/9) harga emas dunia tercatat mengalami kenaikan sebesar 1,29% menjadi US$ 1.507,50 per troy ons. Kendati demikian level tersebut belum mendekati level tertinggi harga emas dunia pada 5 September 2019 di level US$ 1.552,35 per troy ons.

Ahli strategi pasar negara berkembang TD Securities Mitul Kotecha mengatakan bahwa jika selera risiko (risk appetite) investor berpotensi ambruk jika konflik di Timur Tengah semakin memburuk, terutama jika ada balasan terhadap serangan yang diklaim oleh kelompok pemberontak Houthi asal Yaman tersebut.

“Sejumlah pasar negara berkembang akan menghadapi tekanan yang semakin tinggi,” ujarnya dilansir dari Reuters, Senin (16/9).

(Baca: Drone Pemberontak Yaman Serang Kilang Minyak Terbesar Arab Saudi)

Meski telah diklaim sebagai aksi yang dilakukan oleh kelompok Houthi dari Yaman, Pemerintah Amerika Serikat menuduh Iran sebagai dalang di balik serangan tersebut. Pasalnya, Iran merupakan sekutu dari Houthi. Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo, menyatakan bahwa tidak ada bukti serangan tersebut berasal dari Yaman.

“Di tengah permintaan dunia untuk melakukan de-eskalasi (konflik), Iran malah melakukan serangan tak terduga terhadap persediaan minyak dunia,” kata Pompeo.

Juru Bicara Kementerian Luar Negeri iran Abbas Mousavi membantah tuduhan AS tersebut, dan menyatakan bahwa Iran siap berperang dengan siapapun yang mengkaitkan Iran dengan insiden tersebut.

Seorang komandan senior Pengawal Revolusi Iran menyatakan bahwa Iran siap untuk berperang  dengan AS dan memperingatkan bahwa aset-aset militer AS berada dalam jangkauan peluru-peluru kendali milik Iran.

"Semua pangkalan militer AS dan kapal-kapal induk mereka yang berada dalam jarak 2.000 kilometer sekitar Iran berada dalam jangkauan peluru-peluru kendali kami," kata Kepala Korps Pasukan Antariksa Pengawal Revolusi Amirali Hajjzadeh.

(Baca: Serangan ke Kilang Minyak Saudi Lemahkan Rupiah Jadi 13.996 / Dolar AS)