Freeport Keruk 46 Juta Ounce Emas dari Tambang Terbuka di Papua

www.npr.org
Ilustrasi, tambang terbuka yang dikelola Freeport Indonesia. Freeport berhasil memproduksi 27 miliar tembaga dari wilayah pertambangan terbuka Grasberg di Papua.
Penulis: Ratna Iskana
24/1/2020, 17.32 WIB

Freeport Indonesia menghentikan produksi tambang terbuka Grasberg di Papua. Dari wilayah pertambangan tersebut, Freeport mencatat produksi emas mencapai 46 juta ounce selama periode 1990-2019.

Perusahaan asal Amerika Serikat tersebut juga mampu memproduksi lebih dari 27 miliar pound tembaga dari wilayah tambang yang sama selama periode tersebut. Dari produksi tersebut, Freeport mencatatkan pendapatan kotor mencapai US$ 97 miliar atau sekitar 1.358 triliun (kurs dolar AS Rp 14.000).

Namun, produksi Freeport tahun lalu turun drastis. Sepanjang 2019, Freeport hanya mampu memproduksi emas sebanyak 863 ribu ounce dari tahun sebelumnya sebesar 2.416 ribu ounce. Sedangkan penjualan emas tahun lalu hanya 973 ribu, turun dibandingkan penjualan 2018 sebesar 2,36 juta ounce.

Sepanjang 2019, Freeport hanya mampu memproduksi tembaga sebesar 607 juta pound dari tahun sebelumnya sebesar 1,16 juta pound. Untuk penjualan tembaga tahun lalu tercatat mencapai 667 juta pound, turun dibandingkan 2018 sebesar 1,13 juta pound.

Vice President Corporate Communication Freeport Indonesia Riza Pratama mengatakan penurunan produksi terjadi karena tambang terbuka beroperasi. "Penurunan produksi terjadi karena tambang terbuka yang sudah selesai tetapi tambang bawah tanah belum optimal produksi," ujar Riza ke Katadata.co.id pada Jumat (24/1).

(Baca: Transisi ke Tambang Bawah Tanah, ESDM Minta Freeport Gunakan SDM Papua)

Dia pun memproyeksi tambang bawah tanah belum berproduksi secara optimal dalam dua hingga tiga tahun ke depan. Produksi bijih dari tambang bawah tanah Grasberg pada triwulan keempat baru mencapai 11.200 metrik ton per hari.

Pada pertengahan Desember 2019, produksi tambang dari wilayah tersebut bisa meningkat menjadi 17 ribu metrik ton per hari karena program perawatan. Freeport menargetkan produksi dari tambang bawah tanah tersebut mencapai 30 ribu metrik ton per hari pada 2020.

Kemudian, produksi tambang bawah tanah Grasberg diharapkan naik hingga 60 ribu metrik ton pada 2021 dan mencapai 130 ribu metrik ton pada 2023.

Selain itu, Freeport juga berharap produksi dari tambang bawah tanah Deep Mill Level Zone (DMLZ) bisa meningkat pada 2020. Rata-rata produksi bijih pada triwulan keempat 2019 mencapai 14.900 metrik ton per hari dan naik hingga 16 ribu metrik ton pada akhir tahun lalu.

Freeport memproyeksi produksi bijih dari DMLZ pada 2020 bisa mencapai 29 ribu metrik ton dan terus meningkat menjadi 60 ribu ton pada 2021. Kemudian, Freeport menargetkan produksi tambang tersebut bisa mencapai 80 ribu metrik ton per hari pada 2022.

"Setelah 2022 akan mencapai sekitar 200 ribu ton bijih per hari," kata Riza.

(Baca: Ekspor Freeport Turun, Penerimaan Bea Keluar Anjlok 48%)