Sorot Kabinet Jokowi-Maruf

Isu reshuffle pertama kali disampaikan oleh salah satu relawan Jokowi, Dede Budhyarto

Publik puas dengan hasil kerja pemerintahan Joko Widodo pada dua periode. Isu ekonomi masih menjadi perhatian utama dalam kinerja pemerintah.

Survei Indobarometer menunjukkan, kepuasan publik mencapai 70% pada 100 hari pemerintahan Jokowi. Publik soroti tiga isu.

Menurut hasil survei, ada lima kementerian dianggap berkinerja terburuk, yaitu Kementerian Agama, Kemenkumham, Kemensos, Kemenpora, dan KKP.

Salah satu dari lima visi Presiden Jokowi adalah memacu investasi. Pemerintah membidik investasi sebesar Rp 2.282 triliun masuk ke Indonesia hingga 2022.

Kabinet Indonesia Maju mendapatkan reaksi positif dari investor. Hal ini terangkum dalam survei Katadata Investor Confidence Index (KICI) Kuartal IV.

Tak hanya Wiranto, faktor tersebut juga menjadi salah satu pertimbangan presiden dalam memilih anggota Wantimpres yang lainnya.

Wiranto mengatakan wantimpres harus memahami jalan pikiran, keinginan, dan harapan presiden.

Nama mantan Gubernur Jatim Soekarwo dan pemilik Mayapada Group Dato Sri Tahir juga masuk dalam Wantimpres.

Jokowi telah mendapatkan pengganti dari Hanura yang akan mengisi keanggotaan Wantimpres.

Wantimpres bertugas memberi nasihat dan pertimbangan kepada presiden.

Mayoritas berasal dari sektor swasta yang belum berpengalaman dalam mengurus laporan kekayaan.

Ma'ruf Amin memilih 8 para staf khusus yang berlatar belakang Islam dan profesional.

Berdasarkan Next Policy, kiprah Nadiem Makarim sebagai Mendikbud paling ditunggu warganet.

Ma'ruf berharap aset First Travel dapat dikembalikan kepada calon jemaah yang menjadi korban penipuan.

Ketua DPR Puan Maharani menilai banyaknya wamen berpotensi menjadikan kerja pemerintah tak efisien.

Pemerintah akan merevisi aturan Komite Nasional Keuangan Syaria guna menempatkan Wapres Ma'ruf Amin sebagai ketua harian lembaga tersebut.

Istana memastikan pengangkatan satu wakil menteri untuk mendampingi Nadiem Makarim, dan satu wakil panglima TNI.

Nadiem menghadapi sejumlah tantangan mulai dari pencapaian pembelajaran siswa yang rendah, anak putus sekolah, hingga infrastruktur kelas yang rusak.

Jokowi menilai pemanfaatan teknologi dapat mempercepat pemerataan dan efisiensi pendidikan.